Kampala (ANTARA) - Orang tua sejumlah siswa yang hilang dalam serangan ke sebuah sekolah di Uganda barat, mendatangi kantor polisi setempat pada Selasa untuk menyerahkan sampel DNA yang dapat mengidentifikasi anak-anak mereka di antara 42 mayat yang sudah diidentifikasi.

Salah satu pembantaian terbesar di Uganda dalam puluhan tahun terakhir itu terjadi Jumat malam pekan lalu di Sekolah Menengah Lhubirira. Gerombolan penyerang membakar asrama penuh anak laki-laki, menyerang asrama penuh anak perempuan, dan membacok korban dengan parang serta pisau.

Para penyerang juga menculik enam siswa sekolah itu. Pihak berwenang mengungkapkan penyerang adalah anggota gerombolan yang berafiliasi dengan Negara Islam yang berpangkalan di seberang perbatasan Uganda-Kongo. Gerombolan ini menamakan diri Pasukan Demokratik Sekutu (ADF).

Kepala polisi daerah Tai Ramadhan mengatakan banyak mayat yang hangus tak bisa dikenali sehingga memaksa penyelidik menggunakan sampel DNA dari kerabat korban untuk mengidentifikasinya.

Salah satunya adalah Simon Kule yang mendatangi pos polisi Bwera untuk memberikan sampel DNA dalam rangka mencari anaknya, Philmon Mumbere.

Baca juga: Presiden Uganda Museveni positif terinfeksi COVID-19

"Jadi, kepolisian harus membantu kami mengetahui apakah korban masih ada di tempat kejadian atau sudah di kamar mayat. Kami keluarga harus bersiap," kata dia.

Sementara itu Solomon Mulekya juga sedang mencari putrinya, Trephine Kaghuo.

"Kami tidak bahagia, karena kami kehilangan anak-anak kami," kata dia. "Saya harap-harap cemas, apakah gerombolan itu telah menangkap anak saya atau mereka sudah membunuhnya di tengah perjalanan, saya tidak tahu."

Pihak berwenang mengatakan pada Senin (19/6) bahwa 20 orang yang diduga membantu penyerang, termasuk kepala sekolah, telah ditahan untuk diinterogasi.

ADF sesekali melancarkan serangan di dalam wilayah Uganda, termasuk membom Kampala pada 2021.

Baca juga: Uganda berlakukan UU anti LGBTQ, mencakup hukuman mati

Sumber: Reuters

Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023