Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa dari sekitar 1,5 miliar dolar AS komitmen pinjaman program yang disepakati dengan CGI, baru 1 miliar dolar AS yang dikatakannya akan relatif siap digunakan. "Untuk pinjaman program yang sebesar 1,5 miliar dolar AS, yang 1 miliar dolar AS barangkali relatif siap," kata Menkeu. Dia menjelaskan karena pinjaman program itu sifatnya bisa dikonversi langsung ke mata uang rupiah, maka pinjaman itu bisa digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan anggaran pemerintah. Sedangkan mengenai komitmen pinjaman proyek sebesar 2,4-2,6 persen, dia mengatakan besaran yang bisa diserap tergantung kepada kesiapan masing-masing proyek yang akan dibiayai. "Kalau proyek-proyek yang belum siap sehingga tidak bisa dilakukan negosiasi, ya tidak akan ditandatangani. Jadi efektivitasnya tergantung apakah proyek-proyek tersebut betul-betul siap atau tidak. Dan itu tergantung di masing-masing departemen," katanya. Dengan demikian, katanya, pemerintah tidak akan dipusingkan oleh masalah komitmen fee yang harus dibayar, padahal ternyata proyek tidak siap. Namun mengenai seluruh pinjaman yang akan dilakukan dari komitmen CGI sebesar 3,7 miliar dolar AS, dia mengatakan hal itu akan dibahas dengan DPR saat melakukan pembahasan APBNP 2006. "Nanti APBNP akan menjelaskan semua tentang perubahan dari asumsi makro maupun defisit anggaran," katanya. Sementara itu, terkait dengan pembiayaan dalam negeri untuk menutupi defisit anggaran 2006 yang diperkirakan menjadi sekitar 1,5 persen, dia mengatakan ada kemungkinan untuk menaikkan target penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dari yang sudah ada sebelumnya Rp24,8 triliun. "Dengan sendirinya (kemungkinan itu-red) ada, tapi masih ada ruang untuk melihat strategi di antara pilihan yang ada," katanya. Pembiayaan dalam negeri untuk menutupi defisit anggaran, katanya, akan diperoleh dari penerbitan SUN, Rekening Dana Investasi (RDI), atau dari privatisasi aset pemerintah di PPA. Menurutnya, setiap pilihan yang diambil untuk menutupi defisit pasti akan ada konsekuensinya dan pemerintah akan mempertimbangkan hal itu. "Tetapi tetap harus ada maksimum berapa yang bisa digunakan dari masing-masing rekening," katanya. Sedangkan Dirjen Perbendaharaan Depkeu, Mulia P Nasution menyatakan bahwa asumsi pemerintah untuk masing-masing pilihan saling terkait, tidak hanya pada SUN saja, sehingga kalau satu pilihan diubah targetnya, tentu pilihan yang lain juga akan diubah. Saat ditanya tentang maksimal kenaikan target yang bisa diperoleh dari penerbitan SUN, dia mengatakan bahwa hal itu harus dilihat dari kondisi pasar terutama pasar global. "Sekarang ini pasar kita tidak bisa diisolirdan steril dari perkembangan global, perkembangan tingkat bunga di `emerging market` lainnya, disamping suku bunga The Fed," jelasnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006