Manchester (ANTARA) - Masyarakat di Inggris semakin serius dengan balap perahu naga, olahraga yang berasal dari China ribuan tahun lalu tersebut.
Bagi banyak penggemar yang berlatih secara teratur di klub perahu naga, semangat persahabatan menjadi hal yang paling mereka hargai.
"Saya mengikuti balap perahu naga pada 2008. Sangat menikmatinya dan saya masih melakukannya. Persahabatan dari balap perahu naga tidak ada duanya," kata Ketua Asosiasi Balap Perahu Naga Inggris (BDA) Neil Pickles.
BDA menyelenggarakan kompetisi profesional di Salford Quays, Manchester, Inggris, Minggu (18/6). Lebih dari 10 klub ambil bagian dalam kompetisi tersebut. Pickles menyebutkan jumlah keanggotaan BDA bertambah.
"Kami saat ini kembali ke keadaan kami sebelum COVID, jika tidak sedikit lebih baik," tambahnya.
Dia pun berharap akan ada lebih banyak kompetisi antara tim Inggris dan tim China.
"Lebih banyak kompetisi adalah satu-satunya cara Anda menjadi lebih baik. Senang sekali melihat banyaknya pendayung yang terlibat dalam balap perahu naga. Saya berharap beberapa pendayung bergabung dengan klub, mendirikan klub, dan melakukannya lebih dari sekali setahun," kata Pickles.
Sementara itu, pendiri Amathus Dragon Boat Club David Bangs mengatakan pihaknya sering berkompetisi di China dan belajar banyak.
Dia mendayung kano dan kayak selama bertahun-tahun sebelum mendayung perahu naga.
"Mendayung perahu naga merupakan olahraga terbaik di dunia," kata Bangs.
Bangs kali pertama terlibat dalam olahraga itu sebagai seorang pendayung pada tahun 1988 saat dia pergi ke Provinsi Fujian, China, untuk bertanding dalam ajang balap perahu naga internasional.
"Perjalanan ini benar-benar membuka mata saya pada keajaiban balap perahu naga dan sejak saat itu saya benar-benar berkomitmen, ingin membuat perahu kami melaju lebih cepat dari perahu China," jelasnya.
Ketika Bangs pulang dari perjalanannya yang penuh inspirasi ke China itu, dia mendirikan Amathus Dragon Boat Club.
"Perahu naga adalah tentang bekerja sama untuk teman-teman Anda serta menempatkan hati dan jiwa Anda dalam balapan. Anda menang atau kalah bersama. Anda berbagi persahabatan itu bersama. Itulah arti balap perahu naga bagi saya," tutur Bangs.
Teijo Palovaara, seorang pendayung muda dari Thames Dragon Boat Club, memiliki hasrat yang sama untuk mendayung perahu naga seperti Bangs dan Pickles.
"Saya sudah tinggal di London sejak 2015. Saat itulah saya juga memulai balap perahu naga," kata Palovaara.
Dia berlatih di klub tersebut dua kali sepekan pada musim panas, di mana setiap kali latihan berlangsung selama dua hingga tiga jam.
Palovaara pernah mengikuti beberapa kompetisi internasional, termasuk di Beijing dan Guangzhou dan masih ingat saat kali pertama dirinya mendayung perahu naga.
"Saya hampir tidak bisa mengimbangi pendayung lain. Namun, begitulah cara Anda memulai dan seperti inilah cara orang memulai," kata Palovaara.
Dia mengatakan semangat tim menjadi penting karena setiap orang memiliki kecepatan dan tujuan yang sama dalam perlombaan. Menurut Palovaara, mendayung perahu naga merupakan olahraga yang bagus.
"Latihan yang bagus untuk kardio dan juga latihan kekuatan," imbuhnya.
Para pendayung perahu naga profesional itu semuanya sudah akrab dengan asal-usul olahraga tersebut serta nama seorang penyair sekaligus bangsawan kuno China, Qu Yuan, yang menenggelamkan dirinya di sungai setelah dibuang dan dituduh melakukan pengkhianatan karena sarannya untuk raja Negara Chu pada Periode Negara-Negara Berperang (475-221 SM).
Festival Perahu Naga dikenal sebagai Festival Duanwu yang secara tradisional dirayakan pada hari kelima di bulan kelima dalam kalender lunar China untuk memperingati Qu dan balap perahu naga merupakan salah satu dari banyak tradisi dalam perayaan festival tersebut.
Kompetisi pada Minggu tersebut merupakan bagian dari Festival Perahu Naga China Inggris 2023, sebuah acara tahunan yang semakin populer di negara itu.
Pada Sabtu (17/6), hingga 40 tim amatir yang terdiri dari mahasiswa, perusahaan, dan entitas sosial setempat juga berkompetisi dalam lomba perahu naga.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023