Neraca jasa defisitnya luar biasa, itu juga terkait dengan kinerja neraca perdagangan,"

Jakarta (ANTARA News) - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengingatkan pemerintah untuk menjaga neraca jasa dan neraca perdagangan sebagai upaya menekan defisit transaksi berjalan.

"Neraca jasa defisitnya luar biasa, itu juga terkait dengan kinerja neraca perdagangan," ujarnya dalam pemaparan di Jakarta, Kamis.

Menurut Enny, neraca jasa tahun lalu tercatat defisit dan ikut menyumbang defisit transaksi berjalan karena masih banyak jasa perkapalan dan pelabuhan sebagai bagian dari aktivitas perdagangan, memakai tenaga asing.

"Semua jasa yang kita gunakan memang asing semua, dari bongkar muat, asuransi, pengapalan, serta transaksi internasional. Kita punya aktivitas ekonomi besar, tapi semua asing," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut dan mengurangi ketergantungan asing, Enny menyarankan agar peran BUMN dalam bidang jasa lebih dioptimalkan dan diefektifkan, terutama yang terkait dengan sektor perdagangan.

"Sebenarnya, kita bisa mengimbau agar jasa pengapalan bisa dilakukan BUMN, untuk mengendalikan defisit neraca jasa," katanya.

Selain itu, Enny mengharapkan kondisi perekonomian global mulai membaik dan ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) berkurang, sehingga sektor ekspor meningkat dan impor migas menurun, untuk menutup defisit neraca perdagangan.

"Ini untuk menekan defisit neraca perdagangan, karena saat ini impor meningkat baik dari sisi migas maupun non migas, sementara ekspor kita tidak bisa optimis sehingga turun drastis," katanya.

Bank Indonesia (BI) mencatat proses pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat, di tengah permintaan domestik yang masih kuat, telah memperlebar defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2012 yang mencapai 7,8 miliar dolar AS atau 3,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih besar dari defisit triwulan sebelumnya 5,3 miliar dolar AS atau 2,4 persen dari PDB.

Dengan demikian, defisit transaksi berjalan pada akhir tahun 2012 tercatat 2,7 persen dari PDB yang terjadi karena adanya penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas dan peningkatan defisit neraca perdagangan migas.

Pada sektor nonmigas, meskipun pertumbuhan permintaan global sedikit membaik dan pertumbuhan permintaan domestik melambat, kesenjangan di antara keduanya masih cukup lebar sehingga kenaikan ekspor relatif tidak signifikan dibandingkan dengan kenaikan impor.

Sementara, pada sektor migas, kenaikan ekspor juga tidak dapat mengimbangi kenaikan impor karena konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk keperluan transportasi terus meningkat.

Untuk itu, pada 2013, BI berkoordinasi dengan pemerintah dan melanjutkan upaya-upaya untuk mempercepat penyesuaian keseimbangan eksternal melalui kebijakan nilai tukar, penguatan operasi moneter, kebijakan makroprudensial untuk mengelola permintaan domestik, serta kebijakan mendorong arus masuk modal.

Berbagai kebijakan tersebut diperkirakan dapat memperkecil rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB dan mempertahankan minat investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri.
(S034/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013