Banyak yang akan bergantung pada kinerja ekonomi China pada paruh kedua tahun ini
London (ANTARA) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena pertanyaan tentang ekonomi China melebihi pengurangan produksi OPEC+ dan penurunan ketujuh berturut-turut dalam jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi di Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus tergelincir 48 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 76,13 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 49 sen atau 0,7 persen, menjadi 71,29 dolar AS per barel pada pukul 19.35 GMT. Volume perdagangan tipis karena liburan di AS.
Kedua kontrak berakhir dengan kenaikan lebih dari dua persen pada pekan lalu.
Sejumlah bank besar telah memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan produk domestik bruto China 2023 setelah data Mei pekan lalu menunjukkan pemulihan pasca-COVID di ekonomi terbesar kedua dunia itu goyah.
China secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga pinjaman pada Selasa setelah pengurangan yang sama dalam kebijakan pinjaman jangka menengah minggu lalu untuk menopang pemulihan ekonomi yang goyah.
Pasar minyak sedang mengamati tanda-tanda lebih lanjut apakah ekonomi global akan meningkat, kata Jorge Leon, wakil presiden senior Rystad Energy.
"Banyak yang akan bergantung pada kinerja ekonomi China pada paruh kedua tahun ini dan keefektifan langkah-langkah stimulus negara yang baru-baru ini diumumkan, dan pada kemampuan AS dan Eropa untuk menghindari perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga," tulis Leon dalam sebuah catatan penelitian, dikutip dari Reuters.
Namun, throughput (tingkat pengolahan) kilang China naik pada Mei ke rekor tertinggi kedua, membantu meningkatkan keuntungan minggu lalu, dan perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang berfungsi selama tujuh minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.
Meningkatnya ekspor minyak Iran juga membebani harga. Ekspor minyak mentah dan produksi minyak Iran telah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023 meskipun ada sanksi AS, menurut konsultan, data pengiriman dan sumber yang dekat dengan masalah tersebut, menambah pasokan global ketika produsen lain membatasi produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia bulan ini menyepakati kesepakatan produksi minyak baru dan produsen terbesar kelompok itu, Arab Saudi, juga berjanji untuk memangkas produksinya pada Juli.
"Sentimen di pasar minyak mentah, pedagang cukup bearish," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Bank. "Tapi dari perspektif yang lebih luas, komunitas analis masih mencari defisit yang cukup signifikan dalam beberapa bulan mendatang."
Baca juga: Minyak merosot di Asia, terseret ketidakpastian pertumbuhan China
Baca juga: Minyak turun di awal Asia, bank pangkas perkiraan pertumbuhan China
Baca juga: Harga minyak menguat ditopang membaiknya prospek permintaan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023