Ini tindakan pengecut dan kesalahan itu tidak akan berlalu begitu saja tanpa hukuman,"

Hyderabad, India (ANTARA News) - Sedikitnya 18 orang tewas dan 52 lain cedera ketika sejumlah bom meledak di tempat-tempat ramai di kota Hyderabad, India, Kamis, dan Perdana Menteri Manmohan Singh menyebut serangan itu sebagai "tindakan pengecut".

Bom-bom itu meledak di daerah berpenduduk Hindu di pinggiran kota itu, yang merupakan pusat industri teknologi informasi India yang memiliki banyak penduduk beragama Islam, dan serangan itu terjadi setelah eksekusi seorang gerilyawan separatis Kashmir.

"Kami menemukan 18 korban tewas," kata seorang polisi yang menolak disebutkan namanya kepada AFP.

Amit Garg, seorang polisi lain di salah satu lokasi ledakan, mengatakan, jumlah orang yang cedera 52.

Menurut polisi, banyak korban yang cedera berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.

"Ini tindakan pengecut dan kesalahan itu tidak akan berlalu begitu saja tanpa hukuman," kata PM Singh mengenai pemboman itu, yang merupakan serangan paling mematikan di India sejak 13 orang tewas dalam pemboman 2011 di luar Pengadilan Tinggi di ibu kota negara tersebut, New Delhi.

Singh mendesak penduduk tenang setelah serangan di Hyderabad itu.

Polisi kota itu mengatakan bahwa ada tiga ledakan, namun Menteri Dalam Negeri Sushil Kumar Shinde hanya mengkonfirmasi dua ledakan.

"Dua bom dipasang di dua sepeda berbeda dan jarak antara keduanya sekitar 100 hingga 150 meter," kata Shinde kepada wartawan di New Delhi.

Ia menambahkan, pihak berwenang menerima masukan-masukan intelijen dalam beberapa hari terakhir ini mengenai kemungkinan serangan dan informasi ini telah disebar ke sejumlah negara bagian,

Polisi mengatakan, bom-bom itu meledak secara berurutan dalam rangkaian cepat.

Massa dalam jumlah besar berkumpul di dekat lokasi ledakan di daerah pinggiran Hyderabad, Dilsukh Nagar, ketika polisi berusaha mengumpulkan barang bukti.

"Sejumlah ambulan telah dikerahkan ke lokasi kejadian. Mayat berdatangan dan lebih dari 50 orang yang cedera dibawa ke tempat itu," kata Kailash Nath, seorang pegawai Rumah Sakit Umum Osmania, kepada AFP.

Ledakan-ledakan itu terjadi pada hari yang sama ketika parlemen India membuka sidang anggaran utama di tengah ketegangan setelah penggantungan separatis Kashmir, Mohammed Afzal Guru, sebelumnya pada bulan ini.

Eksekusi Guru, yang dinyatakan bersalah karena membantu merencanakan serangan 2001 terhadap parlemen India yang menewaskan 10 orang, menyulut protes di wilayah Kashmir India yang berpenduduk mayoritas muslim.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013