Beirut (ANTARA) - Seorang pemimpin agama Kristen terkemuka Lebanon mengatakan pada Minggu bahwa konstitusi dan sistem demokrasi di negaranya telah dilanggar dalam upaya yang gagal untuk memilih presiden baru pekan lalu.

Ia juga memperingatkan bahwa perpecahan di Lebanon telah melebar.

Bechara Boutros al-Rai berbicara dalam khotbah pertamanya pada Minggu sejak kelompok Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, dan sekutu terdekatnya menggagalkan upaya faksi-faksi termasuk partai-partai Kristen utama untuk memilih seorang pejabat IMF sebagai presiden.

Peristiwa Rabu (14/6) menandai kali ke-12 gagalnya parlemen memilih presiden, yang jabatannya telah dialokasikan untuk seorang Kristen Maronit dalam sistem sektarian Lebanon.

Jabatan presiden di Lebanon telah kosong sejak masa jabatan Michel Aoun yang bersekutu dengan Hizbullah berakhir pada Oktober lalu.

Rai, seorang pengkritik kelompok Hizbullah yang bersenjata lengkap, menyebut sidang parlemen pada Rabu sebagai lelucon.

Rai sebelumnya juga telah menyuarakan kritik terhadap Hizbullah, termasuk pada 2021 ketika Hizbullah meluncurkan roket ke Israel.

Kebuntuan terjadi antara partai-partai Kristen yang mendukung Jihad Azour, direktur IMF untuk Timur Tengah dan mantan menteri keuangan Lebanon, dan faksi Syiah Hizbullah yang melawannya.

Rai mengatakan perpecahan telah melebar pada saat persatuan dibutuhkan di Lebanon, yang terperosok dalam krisis keuangan sejak 2019.

Rai tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan pelanggaran di sidang parlemen itu. Azour memenangi suara sebanyak 59 dari 128 anggota parlemen, kurang 86 suara dari yang dibutuhkan untuk memenangi pemungutan suara putaran pertama. Sementara Suleiman Frangieh, seorang Kristen yang didukung Hizbullah, mendapatkan 51 suara.

Ketua parlemen yang merupakan sekutu Hizbullah, Nabih Berri, mengakhiri sesi ketika Hizbullah dan sekutunya mundur sehingga mengurangi jumlah minimum anggota yang harus hadir untuk mengesahkan suatu putusan (kuorum) untuk putaran kedua ketika 65 suara dibutuhkan untuk menang.

Uskup Agung Ortodoks Yunani Elias Audi, dalam khotbah Minggunya, juga mengkritik Hizbullah dan sekutunya tanpa menyebut nama mereka, mengatakan mereka yang mundur dalam sidang parlemen tampak tidak tertarik dengan masa depan Lebanon.

Beberapa anggota parlemen pro-Azour menuntut penghitungan ulang atau pemungutan suara baru setelah diketahui bahwa ada surat suara yang hilang. Berri kemudian menolak, mengatakan ini tidak akan mengubah hasil.

Hizbullah dan sekutunya menyerang Azour, menyebutnya sebagai kandidat konfrontasi. Tanpa menyebut namanya, mufti Syiah Libanon juga menuduhnya didukung oleh Israel.

Sumber: Reuters
Baca juga: Lebanon gagal pilih presiden baru untuk ke-12 kalinya

Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023