Kami tetap solid, meski ketua umumnya mengundurkan diri. Pengunduruan diri itu merupakan contoh dinamika politik,"

Jakarta (ANTARA News) - Organisasi sayap Partai NasDem, Badan Advokasi Hukum (BAHU) menyatakan tetap solid meski ditinggal oleh Ketua Umumnya, Effendi Syahputra, bahkan pengurus BAHU segera menggelar rapat pleno untuk mencari penggantinya.

"Kami tetap solid, meski ketua umumnya mengundurkan diri. Pengunduruan diri itu merupakan contoh dinamika politik," kata Wakil Ketua Bidang Perburuhan BAHU Partai Nasdem, Sondang Tampubolon, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, keberadaan BAHU sebagai organisasi sayap memiliki misi untuk keadilan hukum rakyat Indonesia, oleh karena itu keberadaanya bukan untuk tujuan pragmatis seperti mendapat kedudukan dalam partai.

Ia menilai mundurnya Effendi Syahputra sebagai Ketua Umum BAHU Partai NasDem merupakan bentuk pemikiran pragmatis. Mereka yang punya pikiran pragmatis wajar jika tidak bisa bertahan.

Pengurus BAHU sejak awal telah menyatakan mosi tak percaya pada Effendi, oleh karena itu mundurnya Effendi ditengarai lebih berkaitan dengan persoalan pribadi dibandingkan masalah BAHU secara organisasi.

Menurut Sondang, BAHU selama ini solid, termasuk kepengurusan di 26 wilayah kepengurusan BAHU. "Kami sudah menghubungi pengurus di daerah, mereka tidak terpengaruh," katanya seraya mengatakan saat ini belum ditunjuk pelaksana tugas atau pejabat sementara di struktur BAHU.

Untuk sementara ini kepemimpinan BAHU bersifat kolektif kolegial.

Sebelumnya, sejumlah pengurus DPP Badan Advokasi Hukum (BAHU) Partai NasDem mengundurkan diri dari partai yang mengusung misi restorasi Indonesia itu.

"Mulai hari ini, kami resmi mengundurkan diri dari kepengurusan BAHU Partai NasDem," kata salah satu pendiri NasDem sekaligus Ketua Umum DPP Bahu Partai Nasdem Effendi Syahputra.

Menurut dia, pengunduran dirinya dan pengurus yang lain terkait dengan ketidakadilan penyusunan kepengurusan DPP Partai NasDem. Struktur DPD Bahu Partai Nasdem terdiri di 26 provinsi, namun dirinya tidak mengetahui apakah jajaran pengurus daerah mengikuti jejaknya.

"Yang pasti, saya tidak pernah mengajak kader lain untuk meninggalkan partai," katanya.

Sebagai loyalis Surya Paloh, pihaknya sebenarnya sangat berharap komposisi pengurus harian diisi dengan kader loyal yang ikut berjuang mendirikan partai. Namun sayangnya, nama yang terpilih sebagai ketua DPP kebanyakan tidak menghargai prinsip keadilaan dan penghargaan karena banyak mengakomodasi kader baru.

"Kami kecewa dengan reward system yang diterapkan Partai Nasdem. Kalau ada yang ikut mundur bersama, itu karena ketidakadilan tak ditegakkan di partai," kata Effendi.

Menurut dia, orang-orang baru yang menjadi kepengurusan DPP Partai NasDem tidak memiliki akar historis dengan Partai NasDem. Pengurus baru dipilih karena faktor ketenaran, kedekatan dengan pimpinan partai, sementara kader yang sudah bekerja keras dan berkorban `darah` membangun partai dari nol tidak diapresiasi.
(S037/E00)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013