Jakarta (ANTARA News) - Indonesia bersama-sama dengan negara ASEAN lain menyampaikan dukungan kepada Dr. Surakiat Sathirathai dari Thailand untuk menjadi Sekjen PBB menggantikan Kofi Annan yang masa jabatannya habis akhir tahun ini. "Pertimbangannya, kita melihat kapasitas dan kualitas calon yang baik. Selain itu, sebagai sesama negara ASEAN, kita melihat akan baik kalau calon Sekjen PBB datang dari Asia Tenggara," kata Wakil Tetap RI di PBB, Dubes Rezlan Ishar Jenie, seusai mengadakan pertemuan dengan Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan di Jakarta, Kamis. Pertemuan membicarakan peningkatan peran diplomasi pers LKBN ANTARA, khususnya Biro ANTARA di Markas PBB New York. Departemen Luar Negeri, khususnya PTRI New York, mendukung penuh kiprah lembaga kantor berita nasional ini dalam ikut serta menggelorakan diplomasi publik. Masa jabatan Sekjen PBB Kofi Annan akan berakhir akhir tahun 2006 dan sudah jauh-jauh hari menyatakan tidak akan maju untuk masa jabatan ketiga kalinya. Proses pemilihan sudah digulirkan secara formal sejak tahun lalu dan dibicarakan Sekjen PBB itu harus berasal dari mana. Surakiat adalah mantan Menlu Thailand yang dikenal memiliki kemampuan diplomasi tinggi dan pengalaman luar negeri yang panjang. Tahun lalu, saat Indonesia menjadi Kelompok Asia, Dubes telah mengirimkan surat kepada Presiden Majelis Umum dan Dewan Keamanan yang menyatakan Kelompok Asia berpendapat bahwa giliran Sekjen mendatang harus dijabat oleh seorang dari Asia. Klaim itu juga didukung oleh banyak negara, seperti kelompok Afrika serta negara-negara lain di Eropa dan Amerika Latin. Waktu itu, cerita Dubes Jenie, yang juga pernah mengajukan calon adalah dari Kelompok Eropa Timur, tetapi mereka tidak menyampaikannya secara resmi, melainkan hanya dalam pembicaraan-pembicaraan saja. "Sekarang ini tampaknya sudah ada kebulatan pandangan bahwa, Sekjen PBB mendatang harus datang dari Asia," katanya. Untuk itu, lanjutnya, Kelompok Asia sudah mengantongi beberapa calon dan itu sudah resmi diajukan, yaitu Surakiat dari Thailand, Danapala dari Srilangka, dan Ban Chin Moon, yang kini menjabat Menlu dari Republik Korea. Ketiganya merupakan calon resmi yang sudah menyampaikan keinginannya untuk menjadi Sekjen PBB. Untuk mencari Sekjen baru, prosesnya adalah sesuai Resolusi PBB yang berlaku, Dewan Keamanan merekomendasikan seorang calon pada Majelis Umum untuk disahkan. "Jadi sekarang bolanya sedang bergulir di Dewan Keamanan," katanya. Dewan Keamanan PBB sendiri telah memulai konsultasi formal untuk menyaring calon-calon sejak Januari 2006 saat Amerika Serikat menjadi Ketua Dewan Keamanan. Konsultasi-konsultasi itu belum membicarakan calon tapi baru pada aspek Resolusi PBB. Hal itu baru dibahas intensif bulan Juli mendatang, termasuk masalah reformasi dan revitalisasi Dewan Keamanan dan Majelis Umum terkait dengan mekanisme pencalonan orang nomor satu di badan dunia itu. Dalam kaitan ini, menurut Jenie, banyak negara merasa perlu kedudukan Majelis Umum yang akhir-akhir ini semakin kurang diperhatikan dibandingkan dengan Dewan Keamanan. Seyogyanya Majelis Umum diberikan peran yang besar di dalam proses pemilihan Sekjen PBB. Selama ini Sekjen PBB digodok di Dewan Keamanan, selanjutnya Dewan Keamanan mengajukan calon dan tinggal disahkan. Ada kesan seolah-olah Majelis Umum hanya stempel saja. "Ini perlu diubah," kata Jenie yang pernah menjabat Kepala Perwakilan Kepentingan RI di Portugal saat perundingan segitiga Timor Timur berlangsung. Ia mengatakan, banyak pemikiran yang muncul seperti calon-calon harus maju untuk menyampaikan visi dan misinya ke kelompok-kelompok regional, kemudian bagaimana kalau ada konsultasi antara Presiden Majelis Umum dan Presiden Dewan Keamanan berkaitan dengan proses yang terjadi. "Ada juga yang mengatakan Dewan Keamanan jangan tampil hanya dengan satu calon dong. Harus tampil dengan tiga nama, baru dipilih satu yang paling pas. Ini wacana yang berkembang dan dibicarakan," katanya. Sekjen PBB yang baru sendiri akan ditentukan bulan Oktober 2006 dan mulai bekerja 1 Januari 2007. Saat ini sudah ada tujuh orang yang menjabat Sekjen PBB. U Than dari Myanmar (dulu Burma) merupakan satu-satunya Sekjen PBB dari Asia yang menjabat dari tahun 1961 sampai 1971. Kofi Annan merupakan wakil dari Afrika menggantikan Boutros-Boutros Ghali dari Mesir pada tahun 1997, dan terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun berikutnya pada tahun 2002. Sekjen PBB pertama adalah Trygve Halvdan Lie (1946-1952) dari Norwegia. Kemudian Dag Hammarskoljd (1953-1961) dari Swedia, Kurt Waldheim dari Austria (1971-1981), Javier Perez de Cuellar dari Peru (1982-1991). (*)
Copyright © ANTARA 2006