tengkes itu bukan suatu aib

Jakarta (ANTARA) - Program Kolaborasi Intervensi Penurunan Stunting Puskesmas Kecamatan Pademangan (Klenting Puspa) di Jakarta Utara masih memerlukan bantuan dari tenaga pendamping keluarga agar para orang tua di daerah itu tidak fobia ketika balita terduga tengkes hendak menjalani pemeriksaan.
​​​​​
"Intinya, kami perlu tenaga pendamping agar sasaran program ini sesuai target," kata Kepala Puskesmas Kecamatan Pademangan dr Octoviana Carolina dalam acara penutupan Klenting Puspa tahap pertama di Jakarta Utara, Jumat.

Ia menjelaskan, pendampingan oleh tenaga pendamping keluarga ini adalah pekerjaan rumah tersendiri.

Ia mengatakan, tenaga pendamping diperlukan agar para orang tua tidak fobia lagi ketika anaknya hendak diperiksa oleh Tim Klenting Puspa.

"Sudah kami sampaikan bahwa tengkes itu bukan suatu aib. Tetapi itu ada karena kekurangan gizi yang lama sejak anak tersebut berada di dalam kandungan seorang ibu," katanya.

Baca juga: Klenting Puspa hasilkan 22 persen balita bebas dari tengkes di Jakarta

Untuk itu, Octoviana berhadap petugas Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Utara bersedia mendukung pemenuhan tenaga pendamping keluarga pada program itu.

Pemeriksaan kesehatan yang perlu didampingi tim pendamping keluarga adalah saat pengukuran tinggi dan berat badan anak, pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah, uji HIV, serta uji diagnostik tuberkulosis (tes mantoux).

Hal itu karena, kata Octoviana, masih banyak orang tua maupun keluarga yang merasa enggan anaknya ketahuan tengkes karena terinfeksi penyakit-penyakit yang ditularkan oleh keluarga maupun sekitarnya.

"Masalahnya kadang-kadang keluarga maupun ibu balitanya enggan anaknya dicolek-colek, tidak mau diperiksa darah (karena) khawatir. Mereka bilang, 'anak saya enggak kenapa-kenapa, anak saya normal, dokter, dia tidak tengkes'," kata Octoviana.

Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA, tengkes adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak yang disebabkan karena kekurangan gizi dalam waktu lama sejak anak masih di dalam kandungan.

Baca juga: Pemprov didesak beri subsidi daging dan telur guna cegah tengkes

Kondisi ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor penyokong terjadi tengkes pada balita, selain terbatasnya akses sanitasi air bersih, meningkatnya kebutuhan gizi karena infeksi berulang, serta kurangnya stimulasi.

Menurut WHO, tengkes adalah salah satu masalah yang signifikan dalam perkembangan manusia.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2021, Provinsi DKI Jakarta memiliki angka tengkes sebesar 16,8 persen balita. Sedangkan wilayah Jakarta Utara memiliki angka prevalensi tengkes tertinggi untuk kategori kotamadya yaitu sebesar 20,4 persen balita.

Carolina mengatakan sebaran anak berisiko tengkes yang disasar program Klenting Puspa antara lain di Kelurahan Ancol sebanyak 50 balita, Kelurahan Pademangan Timur ada 53 balita, dan Kelurahan Pademangan Barat sebanyak 59 balita.

Risiko terkurangi
Setelah melalui Klenting Puspa tahap 1 pada Maret 2023 hingga Juni 2023, balita yang mengalami risiko tengkes di Kelurahan Pademangan Timur dapat dikurangi 10 anak, balita di Kelurahan Pademangan Barat yang berisiko stunting berkurang 14 anak, dan balita di Kelurahan Ancol yang berisiko stunting berkurang 12 anak.

Baca juga: Anggota DPRD minta Pemprov DKI turunkan harga telur dan daging

Intervensi gizi spesifik yang dilakukan pada anak usia 6-59 bulan yang disasar dalam program Klenting Puspa antara lain dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani untuk menanggulangi faktor penyebab langsung, yang meliputi kurangnya asupan gizi.

Protein hewani yang diperoleh dari program tanggung jawab sosial perusahaan BUMD PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk dan swasta PT Charoen Pokphand mencapai 29.160 butir telur dan 14.580 kotak susu Fortigro.

Setiap harinya, setiap anak yang menjadi sasaran program itu mendapat dua butir telur dan satu kotak susu untuk membantu tumbuh-kembang mereka hingga mencapai panjang /tinggi badan normal sesuai usia anak tersebut.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023