Jakarta (ANTARA News) - Komitmen pinjaman dan hibah dari "Consultative Group on Indonesia" (CGI) selama 2006 sebesar 5,4 miliar dollar AS kepada Indonesia tidak akan berpengaruh banyak terhadap nilai tukar rupiah.
"Tidak akan berdampak, kalaupun berdampak hanya kecil, karena baru komitmen, belum dicairkan," kata pengamat pasar uang Farial Anwar, di Jakarta, Kamis, menanggapi komitmen CGI.
Menurutnya yang terpenting adalah uang tunai yang dicairkan berapa banyak. "Ini kita belum tahu," katanya.
Ditanya bahwa kenaikan pinjaman tersebut merupakan kepercayaan asing terhadap Indonesia, Farial meminta jangan sampai terkecoh.
Ia mengatakan banyak analisis terperangkap anggapan tersebut. "Banyak terperang bahwa jika dipuji asing berarti Indonesia hebat. Saya tidak sependapat," katanya.
Padahal, lanjut Farial, bantuan tersebut mempunyai tujuan tertentu seperti menjadikan Indonesia pasar bebas, termasuk dalam lalu lintas valuta.
Selain itu, katanya, saat ini menyalurkan kredit tidak mudah sehingga pihak negara kreditor tersebut mencoba menyalurkannya kepada negara-negara yang dianggap patuh membayar utang.
Ditanya bahwa pinjaman dan hibah itu untuk menutupi defisit APBN, Farial mengatakan, pemerintah harus melakukan penghematan untuk menutup defisit tersebut. Saat ini, katanya, upaya penghematan masih omong kosong.
Sebagai contoh, penghematan BBM antara lain dengan melakukan penghematna listrik dan tidak memakai jas karena pendingin dihemat, hanya berjalan sebentar saja. Yang justru terjadi, katanya, ada permintaan kenaikan gaji atau tunjangan bagi penyelenggara negara.
Farial juga mengatakan, dalam masalah utang, Indonesia bagaikan orang yang terkena narkoba. "Indonesia tidak bisa hidup tanpa utang," katanya.
Beberapa waktu lalu pemerintah dan Bank Indonesia (BI) ingin membayar utang kepada Dana Moneter Intenasional (IMF) tapi saat ini justru ingin menambah utang lagi. "Ini ngaco," katanya.
Pemerintah saat ini, hanya ingin cari selamat tapi tidak memikirkan generasi yang akan datang. Dengan adanya pinjaman tersebut maka APBN saat ini bisa berjalan namun dampaknya generasi yang akan datang yang akan membayar utang tersebut, tegasnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, menguat hingga mendekati level Rp9.400 per dolar AS menjadi Rp9.410/9.420 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.479/9.520 per dolar AS atau naik 69 poin, setelah Indonesia memperoleh paket pinjaman dari CGI. (*)
Copyright © ANTARA 2006