Jakarta (ANTARA) - Direktur Hiu Selatan Edy Cahyadi mengatakan WESS Promotion GmbH selaku promotor Kejuaraan Dunia FIM Hard Enduro atau dikenal World Enduro Super Series (WESS) menyoroti budaya buang sampah sembarangan di Indonesia.
Kondisi tersebut, menurut Edy turut berdampak pada rencana Indonesia untuk bisa menjadi tuan rumah ajang balap motor offroad bergengsi di dunia tersebut.
"Syarat paling berat tapi sepele. Budaya kita setiap acara susah sekali untuk membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. Itu masuk penilaian," kata Edy dalam konferensi pers di di Sofia at The Gunawarman, Jakarta, Kamis.
"Sangat sepele tapi itu sangat besar. Tahun lalu acara kami itu wah, dinilai luar biasa. Tapi mereka (WESS) bilang 'acara sebesar apa pun kami hanya melihat Anda memperhatikan hal kecil, sampah Anda berserakan'. Nah, di situ kami dicoret," ujarnya menambahkan.
Tahun lalu, Hiu Selatan juga memang menggelar acara internasional dan diikuti para pebalap dunia. Kala itu, kata Edy, pembicaraan sudah mengarah ke tuan rumah WESS.
Kini, kesempatan menjadi penyelenggara seri ajang bergengsi tersebut kembali datang. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah pra-event dari Kejuaraan Dunia FIA Hard Enduro bertajuk Hiu Selatan Adventure Trail 'Road to WESS' 2023 yang bergulir di Lapangan Jambusari Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah pada 16-18 Juni.
Baca juga: Indonesia gelar pra-event Kejuaraan Dunia FIM Hard Enduro 2023
"Sangat mungkin Indonesia menjadi tuan rumah WESS. Makanya judulnya Road to WESS karena dari tahun lalu kami sudah ada pembicaraan. Tahun ini kami diberi syarat, kami akan coba dengan acara ini. Semuanya dari (pihak) WESS hadir, mereka akan menilai kita (Indonesia) sudah siap apa belum menjadi tuan rumah WESS," ujar Edy.
Belajar dari tahun lalu, untuk mewujudkan Indonesia menjadi tuan rumah WESS, pada ajang pra-event Road to WESS di Cilacap tahun ini, penyelenggara membentuk tim khusus untuk menyadarkan masyarakat yang terlibat akan pentingnya menjaga kebersihan.
"Tahun ini, kami harus membentuk tim khusus untuk menyadarkan teman-teman semua baik itu penonton dan peserta bahwa sampah itu dibuang di tempatnya. Ini budaya dan kita harus belajar," ujar Edy menuturkan.
Syarat penting lainnya menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia FIM Hard Enduro adalah lintasan, keamanan baik untuk penonton maupun peserta, serta dampak positif lainnya dari penyelenggaraan event tersebut.
Untuk lintasan, Cilacap memiliki trek berstandar internasional. Trek Jambusari Jeruklegi, lanjut Edy, memiliki keunikan dengan tantangan yang berbeda dari trek di negara-negara tuan rumah lainnya.
"Trek harus berbeda dengan seri WESS yang ada di negara penyelenggara lainnya, Indonesia dituntut memiliki ciri khusus, trek di Cilacap akan diawali dengan tanjakan. Terlihat mudah, namun butuh kemampuan mumpuni untuk menghadapi lintasan ini," pungkas Edy.
Adapun Hiu Selatan Adventure Trail Road to WESS 2023 akan diikuti ribuan pebalap motor offroad yang turun di tujuh kelas yakni women, junior (maksimal 16 tahun), usia 40+, usia 45+, sleep engine, FFA lokal, dan special engine yang terdiri dari nasional dan internasional.
Persiapan telah mencapai 100 persen. Pebalap internasional akan bertolak ke Cilacap mulai esok. Sementara pebalap nasional sudah berdatangan mulai hari ini.
Khusus untuk kelas internasional, sebanyak 26 rider dari berbagai dunia akan bersaing dengan 187 pebalap lokal.
Deretan pebalap WESS yang bakal tampil di antaranya Mario Roman (Spanyol), Teodor Kabakchiev (Bulgaria), Marc Fernandez (Spanyol), Graham Jarvis (Inggris), Wade Nigel Young (Afrika Selatan), dan yang lainnya.
Mereka mengaku antusias untuk bisa menjajal trek di Cilacap. "Tahun lalu saya hadir di sini. Penonton sangat antusias. Senang sekali bisa kembali ke sini, bersaing di trek menantang," ujar Jarvis.
Baca juga: Pebalap enduro dunia akui keindahan alam Pegunungan Meratus
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2023