Tujuh jurusan ini diyakini mampu menunjang masa depan yang cerah karena bisa menuai penghasilan besar bagi lulusannya.Jakarta (ANTARA News) - Anggapan keliru memilih jurusan masuk ke perguruan tinggi seringkali berubah menjadi "mitos" yang akhirnya malah lebih dipercaya kebenarannya meski acapkali tidak didasarkan sebuah fakta.
Sebagai contoh ada anggapan bahwa sarjana matematika hanya bisa bekerja sebagai guru dan atau lowongan pekerjaan terbatas lainnya karena anggapan matematika masuk kategori ilmu murni bukan ilmu terapan.
Tidak heran bila peminat ke jurusan ilmu-ilmu murni dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang relatif kecil. Sebuah survei menyebutkan lebih dari 50 persen mahasiswa ternyata merasa salah memilih jurusan di perguruan tinggi.
Bahkan seorang pakar psikolog yang sudah memberikan tes bakat dan minat serta konsultasi kepada sebanyak 20 ribu mahasiswa baik siswa maupun orang tua, menyebut angka 87 persen pelajar bingung dalam memilih jurusan.
Hasil survei tersebut kemudian menggelitik pasangan suami istri Ina Liem dan Budi Prast yang lama berkecimpung di dunia pendidikan untuk menyusun buku yang diharapkan dapat memberikan panduan bagi siswa dan orang tua dalam menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi secara tepat.
Pasangan penulis buku: "7 Jurusan Bergaji Besar", ingin mematahkan mitos soal penilaian yang kurang pas untuk sejumlah jurusan di perguruan tinggi yang justru bisa menghasilkan gaji besar dan pilihan peluang pekerjaan yang lebih banyak.
"Kami melihat baik siswa maupun guru seringkali mengikuti pertimbangan konvensional dalam menentukan dan membimbing siswa menentukan jurusan. Sebenarnya ide menyusun buku ini sudah ada sejak 6 tahun lalu, namun bukunya sendiri baru selesai tahun 2013 dan siap diperjualbelikan", ujar Ina Liem yang selama ini bekerja untuk La Trobe University (Australia) sebagai "in country manager".
Selama setahun itu, sepasang suami istri itu secara maraton mengumpulkan sekitar 2.500 artikel tentang pendidikan sebagai referensi, sekaligus mencari calon narasumber.
Beruntung, Ina yang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan sebagai konsultan pendidikan, membuatnya akrab dengan sejumlah lembaga pendidikan.
Ina dan Budi juga mengadakan penelitian kecil-kecilan, yakni dari 50 responden yang diwawancara, lebih dari 50 persennya mengaku salah memilih jurusan di perguruan tinggi.
Mereka merasa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga tidak berkembang dan sulit mengikuti pelajaran. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya informasi yang diterima siswa mengenai program-program studi yang ada di perguruan tinggi dan juga bagaimana prodi tersebut memiliki peluang kerja yang baik.
"Rata-rata informasi hanya dari brosur, atau rekomendasi orang-orang terdekat yang belum tentu cocok dengan dirinya," katanya.
Menurut dia, siswa harus sudah diberi pengenalan pada minat dan bakatnya sejak masih duduk di sekolah menengah.
Sistem tes minat dan bakat yang ada di sekolah juga harus ditingkatkan kualitasnya. Selain itu, pengenalan program studi PT saat di SMA juga dinilai masih sangat dangkal.
"Banyak jurusan yang kemudian menjadi sepi peminat karena banyak siswa yang tidak tahu peluang berkarya di bidang itu ternyata sangat besar dan bagus. Jurusan matematika, misalnya, tidak harus menjadi guru," tambahnya.
Tanpa disadari atau tidak, di era globalisasi saat ini, mulai bermunculan karir atau profesi baru yang tidak kita kenal sebelumnya di era 1980 atau 1990.
Masyarakat awam belum tentu mengenal profesi "search engine optimization consultant", "social media strategist", "Syariah banker", "financial planner", "aktuaris", "game programmer", dan masih banyak lagi.
Menurut Ina lulusan matematika saat ini bisa unjuk gigi baik dari sisi mudahnya mendapat job maupun besarnya imbalan.
"Tidak hanya menjadi guru saja tetapi lulusan matematika ternyata bisa dibutuhkan di bidang penerbangan.
Mereka memiliki kemampuan untuk menentukan berapa lama waktu delay pada pesawat dan memprediksi jumlah antrean yang bisa terjadi saat terjadi delay," ungkapnya.
Sarjana matematika, ujarnya mendapat pengetahuan tentang teori antrean. Mereka bisa menghitung berapa banyak antrean bisa terjadi jika delay sekian menit.
Kalau ada maskapai yang calon penumpangnya sampai mengantre panjang, pasti belum mempekerjakan sarjana matematika, gurau Ina.
Ia memberi contoh lainnya, seorang sarjana aktuaris, ternyata sangat dibutuhkan perusahaan asuransi. Walaupun memang, jurusan aktuaris belum ada di Indonesia.
Tapi sarjana lulusan ini akan sangat dicari perusahaan asuransi untuk menghitung prospek seorang klien asuransi dan berapa besar premi yang bisa perusahaan asuransi keluarkan untuk masing-masing klien.
Jadi sebenarnya, lanjut dia, kadang informasi juga tidak hanya kurang bagi calon mahasiswa, tapi juga perusahaan. Sehingga, perusahaan bingung ketika merekrut pegawai di luar yang mereka pahami jurusannya.
Ina dan Budi ingin menjadikan buku ini sebagai referensi yang masih jarang ditulis oleh para penulis buku di tanah Air. "Kami berdua punya "passion" yang sama,maka jadilah buku ini yang kami persembahkan untuk pelajar Indonesia", ujar Budi Prast.
Tujuh Jurusan
Menurut Ina Liem, ada tujuh jurusan yang dapat dijadikan pilihan melanjutkan pendidikan tinggi.
Tujuh jurusan ini diyakini mampu menunjang masa depan yang cerah karena bisa menuai penghasilan besar bagi lulusannya.
"Semua pekerjaan memang bisa mendapat gaji besar jika dirintis dengan benar. Tapi, untuk fresh graduate yang ingin mendapat gaji besar, tujuh jurusan ini bisa mewujudkannya," kata.
Jurusan pertama yang mampu menghasilkan gaji besar adalah jurusan Matematika yang membuka peluang untuk dapat bergabung dengan perusahaan besar kelas internasional dan berpotensi menjadi pakar analisa.
Jurusan kedua adalah Teknik Informatika (Information Technology-IT).
Selanjutnya, Teknik Kimia. Meski tidak terlalu populer, namun jurusan ini banyak diincar perusahaan produsen "consumer good", seperti produksi pasta gigi, sabun, kosmetika, cat tembok, hingga bahan makanan dan minuman yang melibatkan keahlian lulusan Teknik Kimia.
Empat jurusan berikutnya, yakni manajemen, geologi, teknik pertambangan dan teknik perminyakan memang tidak dipungkiri mampu menghasilkan uang berlimpah bagi para lulusannya.
Ina Liem dan Budi menyadari bahwa masyarakat Indonesia belum termasuk kategori "gemar membaca", sehingga dalam buku tersebut banyak diselipkan gambar, ilsutrasi, foto, tabel berdesain warna warni agar isinya tidak melulu huruf dan kata-kata.
Disajikan dalam bahasa ringan dan populer diharapkan pembaca dari usia muda hingga dewasa dapat menikmati halaman demi halaman dari buku tersebut.
Buku "7 Jurusan Bergaji Besar", bukan menjadi buku pertama dan terakhir bagi pasangan suami istri tersebut, namun Ina berharap dalam waktu dekat akan muncul buku-buku sejenis yang mengupas jurusan-jurusan di perguruan tinggi yang layak dibaca sebelum menentukan pilihan sehingga siswa dan orang tua menjadi lebih terarah.
Buku ini layak dan menarik untuk dibaca karena berisi testimoni praktisi, alumni, mahasiswa yang telah sukses saat memilih jurusan di perkuliahan karena bekerja di bidang pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan dengan gaji yang diperoleh di atas rata-rata.
(A025)
Oleh Zita Meirina
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
jdi teknologi lah yg tertinggi ..
ANAK IT tuh Rumit MTK,AGAMA,BHASA INGGRIS,bhs indo harus bisa .. cooba jurusan lain ada gak blajar bhasa program