Disrupsi di dunia dapat terjadi kapanpun mulai dari disrupsi geopolitik, teknologi, hingga kesehatan seperti pandemi COVID-19 yang lalu.

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengingatkan agar pekerja di usia 30-an, terutama 35 tahun, untuk selalu meningkatkan keterampilan sehingga bisa tetap relevan bagi perusahaan.

Denni, saat acara di Jakarta, Kamis, mengatakan rentang usia tersebut sangat rentan mengingat pekerja usia 30-an akan berkompetisi dengan lulusan muda yang lebih tangkas dengan ilmu yang lebih baru. Hal itu berlaku untuk semua jenis pekerja baik pekerja kerah biru maupun pekerja kerah putih.

Di samping itu, pekerja outsourcing atau alih daya juga kerap menyimpan kekhawatiran atas potensi tidak ada perpanjangan kontrak kerja pada rentang usia tersebut.

"Yang 30-an jangan santai saja. Dapatkan keterampilan, bersiap. Rentan karena Anda akan juga berkompetisi dengan anak-anak muda lulusan S1 yang lebih tangkas, ilmu yang lebih baru. Sedangkan Anda masih dengan ilmu 10 tahun lalu ketika anda selesai kuliah," kata Denni.

Baca juga: Prakerja buka gelombang baru setiap dua minggu mulai awal Juni 2023

Denni mengingatkan bahwa perubahan lanskap bisnis terjadi semakin cepat. Selain itu, disrupsi di dunia dapat terjadi kapanpun mulai dari disrupsi geopolitik, teknologi, hingga kesehatan seperti pandemi COVID-19 yang lalu. Oleh sebab itu, angkatan kerja dituntut untuk selalu siap menghadapi perubahan.

Menurut Denni, peluang karier baru memang tersedia cukup banyak. Akan tetapi, pekerja kerap menemukan kendala ketidakcocokan antara keterampilan yang dibutuhkan dengan keterampilan yang dimiliki saat ini.

Oleh sebab itu, pemerintah telah membuka kesempatan kepada angkatan kerja usia 18-64 tahun untuk meningkatkan keterampilan (upskilling) dan mendapatkan keterampilan baru (reskilling) melalui pelatihan-pelatihan dari Prakerja. Meski begitu, imbuh Denni, kunci untuk meraih kesuksesan dalam karier tetap berada dalam pilihan masing-masing individu.

"Prakerja menyediakan akses untuk mendapatkan keterampilan baru yang untuk dibutuhkan oleh pasar. Tapi, kuncinya ada di teman-teman sendiri. Pemerintah membuka (akses), yang meraup dan yang memastikan adalah teman-teman sendiri untuk mendapatkan keterampilan itu," kata dia.

Setelah mendapatkan keterampilan yang diharapkan, angkatan kerja juga bisa menemukan berbagai rekomendasi lowongan pekerjaan di dashboard akun Prakerja, di samping rekomendasi pelatihan lainnya, yang sesuai dengan profil setiap individu.

Survei evaluasi Prakerja belum lama ini mencatat sebesar 24 persen peserta Prakerja yang menganggur sebelum program segera mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha sekitar satu setengah bulan setelah mereka menyelesaikan program.

Jika dilihat secara makro, merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), program Prakerja juga meningkatkan persentase angkatan kerja yang pernah mengikuti pelatihan hampir dua kali lipat dari yang sebelumnya 10,25 persen pada 2020 menjadi 19,08 persen pada 2023.

Baca juga: Prakerja catat 24 persen peserta langsung dapat kerja usai pelatihan

Baca juga: Prakerja mencatat peserta perempuan capai 55 persen di skema normal

Baca juga: 96 persen peserta Program Kartu Prakerja puas dengan mutu pelatihan

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023