Surabaya (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berupaya membangkitkan ingatan tentang warisan peradaban masyarakat di kawasan Indo-Pasifik melalui penyelenggaraan ASEAN Interculture and Interreligius Dialog Conference 2023 di Surabaya, Kamis.
Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf mengatakan pihaknya menggagas acara tersebut sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang dilaksanakan September mendatang."Pertama, kami ingin membangkitkan ingatan kolektif terhadap warisan peradaban yang pernah dimiliki oleh masyarakat di kawasan Indo-Pasifik ini, yang dulu berhasil dikonsolidasikan pada masa Ashoka," katanya.
Baca juga: PBNU gagas forum dialog antaragama dalam Keketuaan ASEAN
PBNU menawarkan pendekatan Ashoka atau Ashoka approach dengan kampanye dan konsolidasi nilai-nilai peradaban mencakup kawasan Indo-Pasifik yang isi substansi dari nilai-nilai peradabannya adalah toleransi dan harmoni.
Karena, menurut Gus Yahya, sesudah masa-masa itu ada banyak disrupsi, ada banyak pengaruh baru, yang sebagian memicu disharmoni dan lain-lain.
"Sekarang, kami ingin menawarkan kepada masyarakat di kawasan ini, untuk melakukan konsolidasi sosial terlebih dahulu. Membangkitkan ingatan kolektif tentang warisan peradaban yang kita miliki ini untuk menghidupkan kembali watak, semangat toleransi dan harmoni dari masyarakat kawasan Pasifik yang dulu serius pernah kita punya, riil pernah kita punya," katanya.
Ingatan tersebut penting dibangkitkan kembali supaya menjadi basis konsolidasi di kultural, kemudian ditawarkan kepada pelaku-pelaku politik, aktor-aktor politik, untuk dijadikan political brand, sebagai konsolidasi politik menuju lahirnya peradaban baru.
Gus Yahya menjelaskan salah satu warisan Peradaban Ashoka adalah Bhinneka Tunggal Ika yang tumbuh dan dipelihara selama zaman Kerajaan Sriwijaya, sehingga bekasnya masih kental pada masa Kerajaan Majapahit.
Baca juga: PBNU: Kepengurusan Definitif PCNU Surabaya 2023-2024 sesuai peraturan
Baca juga: Pakar: ASEAN perlu tentukan strategi untuk hadapi rivalitas China-AS
Dari situ, kemudian para bapak pendiri bangsa ini mendiskusikan bangsa, ini juga muncul sebagai referensi.
"Kalau kita punya Bhinneka Tunggal Ika, punya Pancasila, ini bisa ditelusuri dengan sangat jelas dari akar yang sama, yaitu akar peradaban Ashoka," katanya.
PBNU mendorong kelompok-kelompok yang sedang berseteru untuk mengingat kembali tentang peradaban Ashoka, karena warisan tersebut sangat berharga dan dibutuhkan oleh masyarakat global.
"Nah, kami ingin mengajak supaya agama-agama ini tidak lagi mengedepankan semangat konflik antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Tapi, membangun toleransi dan harmoni," ujarnya.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023