Jakarta (ANTARA) - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama meminta seluruh pihak untuk meneruskan dosis vaksinasi COVID-19 hingga booster kedua sambil menunggu kajian soal waktu dan kebijakan endemi yang disusun pemerintah selesai diputuskan.

“Setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan masyarakat untuk antisipasi kebijakan pemerintah tentang COVID-19 sebagai endemi,” kata Prof Tjandra yang dikonfirmasi oleh ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menanggapi berita ANTARA yang diunggah pada Rabu (14/6) lalu, Prof Tjandra menuturkan banyak sekali negara di dunia yang kini mulai memberlakukan COVID-19 sama seperti penyakit menular lainnya di wilayahnya masing-masing.

Walaupun begitu, sebagai pihak yang sudah merasakan pedihnya pengalaman pandemi, masyarakat disarankan untuk tetap menjalankan protokol kesehatan seperti melanjutkan vaksinasi. Selain untuk menjaga anti bodi tetap terbentuk, hal ini bisa membantu perkembangan ilmu epidemiologi selanjutnya untuk mengetahui apakah manusia masih perlu divaksin atau ada penemuan lainnya.

Di sisi lain, pemerintah dalam hal ini dianjurkan untuk tetap mengadakan vaksinasi COVID-19 secara gratis, walaupun keadaan nantinya dinyatakan endemi, mengingat dampak pandemi yang luar biasa sebelumnya.

“Kemudian untuk pemerintah kita harapkan agar surveilans COVID-19 terus dijalankan, baik deteksi kasus dan kematian maupun juga surveilans biomolekuler genomik agar kita segera deteksi kalau ada varian baru,” kata Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut.

Penelitian dan pengembangan dalam ilmu pengetahuan kedokteran dan kesehatan di bidang COVID-19 juga perlu terus didukung pemerintah. Tjandra menyoroti hal yang lebih penting lagi adalah kebijakan pemerintah secara umumnya harus tetap memberi porsi penting bagi kesehatan, khususnya kegiatan promotif preventif.

Sedangkan kepada masyarakat, sehubungan dengan adanya kebijakan yang tidak lagi mewajibkan penggunaan masker di transportasi umum dan ruang publik, maka Prof Tjandra mengajak setiap pihak tetap mengenakan masker bila masuk ke ruangan yang berisiko tertular penyakit yang menular melalui udara.

Masker juga diharapkan tetap dipakai ketika seseorang sedang sakit saluran pernafasan jenis apapun, dan berada di daerah dengan polusi udara berat.

“Cuci tangan tentu sebaiknya terus dilakukan karena dapat mencegah penularan berbagai penyakit, bukan hanya COVID-19. Juga kalau ada yang terduga sakit maka segera memeriksakan diri agar jelas diagnosisnya dan lalu jelas juga penanganannya,” katanya.

Guna memasuki masa endemi dengan lebih sehat, Prof Tjandra juga mengajak semua pihak untuk selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, termasuk kebiasaan CERDIK yakni cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok dan polusi lainnya, rajin beraktivitas fisik dan olah raga, makan makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres dengan baik.

“Kebiasaan untuk memprioritaskan pola hidup sehat yang sudah kita jalani selama COVID-19 harus terus ditingkatkan agar masyarakat hidup lebih sehat di hari-hari mendatang. Karena sekarang sedang memasuki tahun politik, maka kita juga berharap para calon presiden juga mengusung isu kesehatan dalam kampanye dan program mereka,” ujarnya yang juga Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta mantan Kepala Balitbangkes Kemenkes itu.

Baca juga: Pemerintah diminta monitor dampak Wolbachia dalam pengendalian dengue

Baca juga: Pakar kesehatan kemukakan analisa mengapa WHO belum akhiri pandemi

Baca juga: Pakar kesehatan dorong program vaksinasi COVID-19 kembali digalakkan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023