PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Rabu (14/6), menyerukan upaya untuk meredam kebencian di dunia maya dan berinvestasi pada kohesi sosial.
"Kebencian merupakan bahaya bagi semua orang dan oleh karena itu, melawan kebencian haruslah menjadi tugas semua orang. Kita harus secara kolektif memperkuat pertahanan kita. Kita harus mengekang kebencian yang menyebar di dunia maya," kata Guterres dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang "Nilai-nilai Persaudaraan Manusia dalam Mendorong dan Mempertahankan Perdamaian".
Dia menggarisbawahi bahwa kebencian memicu dorongan terburuk umat manusia dan menyatakan bahwa kebencian merupakan katalisator untuk polarisasi dan radikalisasi serta menjadi sarana bagi tindak kejahatan yang kejam.
"Hal itu juga merupakan hasil dari kejahatan-kejahatan tersebut, yang berkontribusi pada lingkaran kekerasan yang mengerikan yang dapat terus berlanjut selama beberapa dasawarsa. Ini memicu roda kekerasan, merusak tatanan sosial, dan menggerogoti pilar-pilar stabilitas. Singkatnya, kebencian sering kali menjadi biang kerok konflik," jelasnya.
Sebagai bagian dari agenda bersama, Guterres mengatakan PBB sedang mengerjakan Global Digital Compact untuk masa depan digital yang terbuka, bebas, inklusif, dan aman bagi semua orang, serta berlandasan kuat pada hak asasi manusia (HAM) dan nondiskriminasi.
Guterres juga menyerukan upaya untuk melangkah menuju masyarakat yang lebih multietnis dan multiagama serta berinvestasi dalam kohesi sosial.
"Kita perlu memastikan bahwa setiap komunitas merasa dihormati dalam identitas unik mereka dan merasa dihargai sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat secara keseluruhan. Kita perlu mengakui keragaman sebagai kekayaan semua masyarakat, bukan sebagai ancaman," katanya.
Guterres mengatakan bahwa kebencian berakar dalam dasar ketidaktahuan dan ketakutan. Namun, lanjutnya, ketika mampu memperkaya dasar pengetahuan dengan fakta, ilmu pengetahuan, dan keakuratan sejarah; maka kebencian tidak dapat menyebar seperti rumput liar yang mematikan.
"Itu berarti memastikan pendidikan yang berkualitas bagi semua orang, di mana saja, termasuk wanita dan anak perempuan. Itu berarti mendukung sistem pendidikan yang menanamkan rasa hormat terhadap ilmu pengetahuan dan menghargai kemanusiaan dalam segala keragamannya. Itu juga berarti peningkatan pendanaan pendidikan, pembangunan perdamaian, dan solidaritas global," ujar Guterres.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023