Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa terjadinya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) dapat memicu perempuan mengalami kehamilan yang tidak direncanakan.
“Sebetulnya masyarakat yang harusnya ikut ber-KB, ingin ber-KB, tapi belum terlayani, ini dampaknya panjang, dan stunting menjadi salah satu kegagalan dari masalah pelayanan ini,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo ketika ditemui ANTARA usai acara Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor dalam Rangka Hari Keluarga Nasional ke-30 yang diadakan di Jakarta, Rabu.
Hasto menuturkan salah satu penyebab terjadinya unmet need adalah karena letak geografis Indonesia yang berbeda dari negara lain. Jarak tempuh yang jauh antar-pulau, belum ditambah dengan daerah-daerah pedalaman yang sulit dijangkau menyebabkan banyak pasangan usia subur sulit mengakses KB.
Baca juga: BKKBN: Kebutuhan KB tak terpenuhi di Bali tinggi
Akibatnya, terdapat banyak temuan kasus dimana seorang perempuan tidak sadar bahwa dirinya sedang memasuki masa kehamilan. Jika hal ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak pada pembangunan sumber daya yang berkualitas di saat Indonesia sedang menikmati bonus demografi.
Sebab, kehamilan yang tidak direncanakan berpotensi menyebabkan anak terkena stunting, karena jarak antar-satu kelahiran dengan kelahiran yang lain (birth to birth interval) jadi terlalu dekat.
Sehingga, bayi-bayi yang dilahirkan kemungkinan tidak mendapatkan pola pengasuhan yang optimal ataupun perhatian baik dalam konteks asupan gizi ataupun kasih sayang dari kedua orang tuanya, karena harus dibagi oleh anak yang lain. Masalah ini juga meningkatkan potensi anak terkena autisme.
“Seharusnya jarak melahirkan yang baik itu 36 bulan, kemudian disempurnakan dengan menyusui sampai usia 24 bulan. Sehingga, otomatis kelahiran itu harus berjarak antar-anak pertama dan yang berikutnya,” kata Hasto.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk, kehamilan yang tidak direncanakan bisa mempersulit negara ketika menghadapi era ageing population atau penuaan penduduk, dimana di Indonesia pada tahun itu akan dibanjiri penduduk lansia dengan rata-rata pendidikan 8,3 tahun dan berekonomi rendah.
Dengan demikian, Hasto menganjurkan agar usai masa persalinan, ibu segera menggunakan KB agar bisa memberikan jarak kehamilan yang baik dan sehat, serta menekan angka unmet need yang sekarang ada di angka 14 persen.
Baca juga: BKKBN-JHPIEGO dorong KB pasca persalinan jadi mata kuliah kebidanan
Baca juga: BKKBN: Target unmet need dan kontrasepsi belum tercapai akibat pandemi
Guna mengatasi masalah tersebut, BKKBN hari ini menggelar layanan Keluarga Berencana (KB) Serentak Sehari, berusaha untuk menyasar 1,24 juta akseptor di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan KB yang ditawarkan berupa pil, kondom, suntik, IUD, implan, Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP).
Dimana sasaran pelayanannya meliputi KB ulangan, pelayanan KB ganti cara, pelayanan KB pascapersalinan dan pelayanan KB baru selain KB pasca-persalinan.
Dalam kesempatan itu, Hasto mengungkapkan terima kasihnya pada seluruh tenaga medis yang bertugas dan bersusah payah memberikan pelayanan KB kepada masyarakat sampai ke pelosok daerah, termasuk jasa para bidan, dokter umum, dokter anestesi dan pihak terkait yang mengawal program KB berjalan dengan baik.
“Terima kasih, harapan kita supaya kualitas sumber daya manusia unggul itu dimulai dari keluarga. Jadikan kebaikan ini sebagai sarana untuk mempercepat penurunan stunting di Indonesia,” katanya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023