Kalau masyarakat tidak teredukasi secara finansial untuk berinvestasi dengan optimal, maka yang kaya akan makin kaya dan yang miskin akan makin susah. Makanya, kami beri kesempatan untuk beli SBN Ritel

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan Surat Berharga Negara (SBN) dapat menjadi alat distribusi kekayaan bagi masyarakat.

Pemerintah telah mengeluarkan SBN Ritel yang bisa dibeli oleh individu. Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Deni Ridwan menjelaskan hal tersebut untuk mendorong masyarakat berinvestasi di SBN.

“Kalau masyarakat tidak teredukasi secara finansial untuk berinvestasi dengan optimal, maka yang kaya akan makin kaya dan yang miskin akan makin susah. Makanya, kami beri kesempatan untuk beli SBN Ritel,” ujar Deni dalam CNBC - MoneyTalks on Location di Jakarta, Rabu.

Menurut Deni, pemerintah mencanangkan target penerbitan SBN sebesar Rp130 triliun hingga Rp150 triliun untuk tahun ini. Jumlah tersebut naik dari catatan tahun lalu sebesar Rp107 triliun.

Di sisi lain, pemerintah juga mengalokasikan dana sebesar Rp400 triliun untuk pembayaran bunga SBN setiap tahunnya. Deni menyebut manfaat dari jumlah Rp400 triliun tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat.

Misalnya, sekitar 20 persen dari Rp400 triliun itu digunakan oleh perbankan Tanah Air. Ketika pandemi melanda dan menyebabkan perekonomian terhenti, perbankan menghadapi kendala tidak bisa menyalurkan kredit sekaligus para debitur yang kesulitan membayar. Pada kondisi itu, SBN berperan dalam membantu perbankan membayarkan bunga hingga memberikan kredit.

Selain itu, investasi di SBN menghasilkan bunga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan deposito, yakni sekitar 6 persen.

“Harapannya, semakin banyak masyarakat punya SBN, semakin banyak yang bisa mendapatkan manfaatnya,” ujar Deni.

Deni juga menyampaikan bahwa kepemilikan SBN saat ini didominasi oleh investor dalam negeri, yakni sekitar 85 persen.

Sebelum pandemi, jumlah kepemilikan investor asing pada SBN mencapai 39 persen. Kemudian, jumlahnya menurun hingga ke 15 persen.

Baca juga: Mansek: Obligasi ritel akan resilien seiring naiknya investor domestik
Baca juga: Kemenkeu: SBN Ritel tempat investasi aman dukung pembangunan nasional
Baca juga: Menkeu: SBN ritel tersedia agar publik tak tertipu investasi ilegal

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023