Seperti yang kita ketahui bersama luas lahan petani di Indonesia itu sedikit dan mereka dikategorikan sebagai 'small holder farmers'

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menilai kenaikan harga beras tidak serta merta menguntungkan dan menyeimbangkan petani sebagai produsen.

“Kenaikan harga di tingkat konsumen juga tidak serta merta dinikmati oleh petani sebagai produsen apalagi jika jumlah panennya terbatas. Seperti yang kita ketahui bersama luas lahan petani di Indonesia itu sedikit dan mereka dikategorikan sebagai small holder farmers,” kata Azizah kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Azizah menyebut berdasarkan data yang dihimpun World Bank, harga beras kualitas medium dua yang pada umumnya dikonsumsi sebagai masyarakat Indonesia lebih mahal dibandingkan harga beras internasional.

Begitu juga berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan (PIHPS) Nasional yang menyebutkan harga beras medium dua di tingkat pasar tradisional untuk bulan Mei 2023 adalah Rp13.250 per kg atau setara 0.89 dolar AS.

Sementara, harga beras setara di tingkat internasional hanya mencapai 0.50 dolar AS. Berdasarkan data tersebut, ia menyimpulkan harga beras kualitas medium dua di Indonesia bukanlah yang termurah.

“Jadi harga beras medium dua di tingkat pasar tradisional Indonesia itu justru lebih tinggi daripada harga internasional,” jelasnya.

Baca juga: CIPS: Perkembangan ekonomi digital RI perlu dukungan kerja sama kawasan

Baca juga: CIPS nilai harmonisasi kebijakan modal hadapi ketidakpastian global

Alih-alih menaikkan harga beras yang berpotensi menekan daya beli masyarakat golongan bawah, ia menyarankan pemerintah untuk memperbaiki akses petani kepada hasil pertanian berkualitas.

Dimulai dari bibit unggul hingga infrastruktur pendukung yang akan membantu meningkatkan produktivitas dan daya saing petani serta produk pangan yang dihasilkan.

“Perlu digarisbawahi bahwa mayoritas petani Indonesia adalah net consumer dari beras. Jadi kenaikan harga beras berdampak bagi pengeluaran mereka,” sebut dia.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, Selasa (13/6) menganggap wajar adanya kenaikan harga beras demi menyeimbangkan pendapatan petani.

Produksi padi Indonesia bahkan disebutnya berada pada posisi kedua dari sembilan negara organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO).

“Jadi kalau harga naik, kalau saya ditanya sebagai Mentan ini harga yang wajar. Bahwa kita harus di dalamnya, iya, bagaimana mem-balance pendapatan petani supaya bergairah,” tuturnya.

Mentan SYL menuturkan harga beras Indonesia saat ini menjadi yang termurah dari 29 negara lainnya dengan harga Rp12.374 per kg.

Ia merinci, harga beras di Filipina mencapai Rp14.104, China Rp16.206, Thailand Rp17.607 dan Hong Kong Rp32.945.

Baca juga: CIPS: Kebijakan EUDR berpotensi diskriminasi petani sawit kecil

Baca juga: CIPS: Risiko penggunaan "Innovative Credit Scoring" perlu diwaspadai

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023