melalui Elsimil kita bisa mendeteksi sejak awal akan adanya potensi kelahiran prematur ataupun stunting

Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah menerjunkan sebanyak 198 Tim Pendamping Keluarga (TPK) atau sebanyak 594 personel untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah.

“Dalam hitungan saya, ibu yang berpotensi memiliki anak stunting di Banggai Laut sekitar 20 persen atau 280 orang per tahun. Dengan begitu, jumlah TPK yang tersedia di Kabupaten tersebut cukup memadai untuk mendampingi mereka,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.

Dalam audiensinya bersama Wakil Bupati Banggai Laut, Ablit H. Ilyas di Kantor BKKBN Jakarta, Selasa (13/6), Hasto menuturkan TPK bertugas untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga-keluarga yang berpotensi memiliki atau yang telah memiliki anak stunting.

Selain mendampingi keluarga berisiko stunting, TPK bertugas untuk mendata kondisi kesehatan calon pengantin melalui Aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil (Elsimil), yang harus diisi calon pengantin. Di antaranya untuk mengetahui kondisi fisik mereka terkait berat badan, panjang badan, anemia atau tidak.

“Melalui Elsimil kita bisa mendeteksi sejak awal akan adanya potensi kelahiran prematur ataupun stunting. Sehingga pemerintah bisa melakukan intervensi terhadap kondisi si ibu,” katanya.

Baca juga: Menko PMK kawal penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di Sulteng
Baca juga: Gubernur Sulteng minta OPD gencarkan pencegahan stunting

Berkat kehadiran TPK yang diimbangi dengan komitmen pemerintah kabupaten cukup tinggi terhadap program percepatan penurunan stunting, survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan yang semula prevalensi stunting di Kabupaten Banggai Laut sebesar 26,1 persen di tahun 2021, kini justru turun menjadi 20 persen pada 2022.

Sementara merujuk pada data dan periode yang sama, angka prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Tengah hanya turun 1,5 persen saja. Selain itu diketahui bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Banggai Laut berada di atas rata-rata nasional maupun provinsi, yakni 2,4. Sedangkan pada skala nasional 2,1 dan provinsi 2,3.

Melihat data tersebut, Hasto mengingatkan kepada seluruh jajaran pemerintah daerah setempat untuk segera menyosialisasikan pentingnya menjaga jarak kelahiran kepada masyarakat, yakni minimal tiga tahun antar kelahiran.

Sebab wilayah itu menurutnya memiliki angka perkawinan anak pada usia 15 hingga 19 tahun yang tidak terlalu parah, namun harus tetap dijaga sehingga faktor risiko itu tidak menyebabkan angka stunting semakin meningkat.

"Jaga jarak kelahiran. Jangan terlalu dekat karena berpotensi melahirkan bayi stunting. Ingatkan agar ibu-ibu yang usai melahirkan hendaknya langsung ber-KB. BKKBN memberikan pelayanan secara gratis," ujar Hasto.

Baca juga: BKKBN: Pemutakhian PK dan TPK cegah kematian ibu di Sulbar meningkat
Baca juga: Kepala BKKBN: TPK dan PKB saling berdampingan atasi stunting
Baca juga: BKKBN beri fasilitas khusus TPK guna sasar keluarga stunting

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023