Serangan-serangan itu adalah yang terbaru dalam aksi kekerasan yang meningkat saat Irak dilanda hampir dua bulan protes-protes antipemerintah dalam satu krisis politik.
Brigjen Aouni Ali, kepala akademi intelijen utama negara itu, dan dua pengawalnya tewas akibat serangan bom dekat rumahnya di Tal Afar dekat Mosul, kata polisi dan seorang dokter.
Juga di utara Baghdad, seorang hakim tewas akibat satu bom magnetik yang ditempelkan di mobilnya di desa Sulaiman Pak, kata para pejabat keamanan dan medis.
Ahmed al-Bayati, seorang warga Arab Sunni yang kini adalah hakim yang menangani kasus sipil, sebelumnya menerima ancaman-ancaman ketika ia bekerja sebagai penyelidik antiteror, dan harus membayar uang tebusan 150.000 dolar AS setelah puteranya diculik tahun lalu.
Di tempat-tempat lain, satu bom pinggir jalan menewaskan seorang letnan angkatan darat dan mencederai dua tentara lainnya di Heet, barat laut ibu kota itu.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan-ledakan itu, tetapi kelompok garis keras Sunni yang punya hubungan dengan jaringan Al Qaida sering menargetkan pasukan keamanan dan para pejabat pemerintah dalam usaha mendorong Irak kembali pada pertumpahan darah sektarian yang memuncak dari tahun 2005 sampai 2008.
Irak dilanda serangan yang meningkat dalam pekan-pekan belakangan ini, dengan Januari adalah bulan yang paling banyak jatuh korban tewas sejak September,kata satu data AFP.
Tingkat aksi kekerasan tetap lebih rendah ketimbang dalam puncak perang sektarian tahun 2006 dan 2007.
(H-RN/M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013