Sydney (ANTARA) - Saham Asia menguat pada awal perdagangan Rabu, sementara dolar di bawah tekanan setelah perlambatan inflasi AS memperkuat taruhan bahwa Federal Reserve akan melewatkan kenaikan suku bunga di kemudian hari, namun masih ada ketidakpastian tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut di luar minggu ini.

Laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang banyak dipantau semalam menunjukkan harga hampir tidak naik pada Mei, dengan hanya terangat 0,1 persen dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, harga konsumen naik 4,0 persen, terkecil dalam lebih dari dua tahun, melambat dari 4,9 persen pada April.

Hal itu menyebabkan para pedagang memperkuat ekspektasi peluang jeda suku bunga oleh Fed menjadi 91,9 persen ketika menyimpulkan pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu, tetapi tekanan harga dasar yang masih kuat menunjukkan kemungkinan lebih dari 60 persen bank sentral dapat melanjutkan kenaikan suku bunga pada Juli, menurut Alat FedWatch CME Group.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen di awal perdagangan regional, setelah melonjak 1,1 persen di sesi sebelumnya ke level tertinggi dalam dua bulan.

Nikkei Tokyo meningkat 1,0 persen ke level tertinggi baru 33 tahun, dibantu oleh ekspektasi perpanjangan kebijakan ultralonggar dari bank sentral Jepang.

Secara regional, sikap kebijakan akomodatif dari China juga mengangkat sentimen dengan tanda-tanda pelonggaran lebih lanjut. Indeks saham unggulan China CSI300 naik 0,5 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,4 persen.

Indeks S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka datar, setelah reli kuat semalam ke level penutupan tertinggi dalam 14 bulan berkat data inflasi AS yang melemah.

"Sementara data inflasi utama yang lemah memberi The Fed lampu hijau untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada Rabu, inflasi inti yang kokoh akan membuat jari pemicu hawkish Fed melayang di atas tombol kenaikan suku bunga di bulan-bulan mendatang," kata Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG.

Mungkin mencerminkan beberapa kekhawatiran tersebut, imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun mencapai 4,7070 persen semalam, tertinggi sejak Maret, sebelum turun sedikit menjadi 4,6556 persen pada jam-jam Asia.

Imbal hasil acuan oblogasi pemerintah AS 10-tahun juga naik ke level tertinggi dalam 2,5 minggu di 3,8450 persen dan terakhir di 3,8075 persen.

Pasar juga akan fokus pada konferensi pers pasca-pertemuan kebijakan dari Ketua Fed Jerome Powell dan apakah dot plot akan menandakan adanya kenaikan ke depan.

Tekanan inflasi yang bertahan di tempat lain membuat pasar gelisah. Data yang menunjukkan peningkatan cepat dalam pertumbuhan upah Inggris dalam tiga bulan hingga April dapat memperumit masalah Bank Sentral Inggris, yang akan memperdebatkan keputusan kebijakan moneternya minggu depan.

Imbal hasil Jerman jangka pendek melonjak ke level tertinggi 3 bulan semalam karena investor mempertimbangkan keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa pada Kamis (15/6/2023). Diperkirakan akan menaikkan suku bunga seperempat poin lagi dan sekali lagi pada Juli sebelum berhenti untuk sisa tahun ini.

Dolar AS tetap tertekan pada Rabu di 103,26 terhadap mata uang utamanya, hanya sedikit di atas level terendah tiga minggu yang dicapai semalam.

Euro menggantung di 1,0794 dolar setelah mencapai puncak tiga minggu di 1,0823 dolar semalam, sementara sterling diperdagangkan 1,2613 dolar, mendekati tertinggi satu bulan di 1,2625 dolar yang dicapai semalam.

Harga minyak lebih rendah pada awal perdagangan Asia setelah menerima dorongan 3,0 persen karena penurunan suku bunga kebijakan China. Minyak mentah berjangka AS turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 69,12 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka Brent turun 0,4 persen pada 74,02 dolar AS per barel.

Baca juga: Wall Street ditutup lebih tinggi di tengah meredanya inflasi AS
Baca juga: IHSG Rabu berpeluang menguat ikuti bursa saham global
Baca juga: Dolar jatuh di awal sesi Asia terseret meningkatnya taruhan jeda Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023