Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah data industri menunjukkan kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS, menandakan lemahnya permintaan ke pasar yang sudah khawatir tentang resesi dan data ekonomi China yang mengecewakan.

Minyak mentah berjangka Brent menyusut 27 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 74,01 dolar AS per barel pada pukul 00.19 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 29 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 69,13 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan naik lebih dari tiga persen pada Selasa (13/6/2023) di tengah harapan meningkatnya permintaan bahan bakar setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek. Harga turun 4,0 persen pada Senin (12/6/2023) di tengah kekhawatiran tentang ekonomi China setelah data ekonomi yang mengecewakan minggu lalu.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 1 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Juni, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (13/6/2023), bertentangan dengan perkiraan rata-rata penurunan 510.000 juta barel menurut analis yang disurvei oleh Reuters.

Data pemerintah tentang persediaan minyak akan dirilis hari ini.

Pelaku pasar juga mengamati pertemuan Federal Reserve, yang tidak memiliki kenaikan suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya. Kenaikan suku bunga memperkuat dolar, membuat komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan membebani harga.

Dengan inflasi yang masih terlalu panas, tetapi ketidakpastian yang melimpah tentang prospek ekonomi dan efek tertinggal dari 10 kenaikan suku bunga sejak Maret 2022, jeda dari kenaikan tampaknya akan terjadi saat pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga berakhir pada Rabu.

Para ekonom memperkirakan Bank Sentral Kanada menaikkan suku bunga lagi pada Juli menjadi 5,00 persen setelah kenaikan mengejutkan 25 basis poin minggu lalu.

Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase lagi pada Kamis (15/6/2023) untuk menjinakkan inflasi yang membandel. Namun Bank Sentral Jepang yang akan mengumumkan rencananya pada Jumat (16/6/2023), diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgarnya.

Sementara itu, OPEC+ telah memberi Rusia basis produksi minyak yang sedikit lebih tinggi, yang berarti Rusia dapat memproduksi lebih banyak di bawah kuota terbaru daripada yang disepakati sebelumnya.

Baca juga: Dolar melemah di tengah perlambatan inflasi AS
Baca juga: Emas merosot seiring data inflasi AS yang sesuai dengan ekspektasi
Baca juga: Wall Street ditutup lebih tinggi di tengah meredanya inflasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023