"Sesuai target RPJMN dan arahan Presiden Jokowi, kita diminta untuk menuntaskan kemiskinan ekstrem pada 2024," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Saat ini, pihaknya berupaya untuk menuju angka kemiskinan ekstrem nol persen. Angka kemiskinan tersebut saat ini 1,74 persen atau sekitar 5,5 juta jiwa.
Dalam upayanya menuntaskan kemiskinan ekstrem, dia menyebutkan sejumlah program, seperti permakanan lansia, permakanan disabilitas, bantuan kepada anak yatim piatu (YAPI), Rumah Sejahtera Terpadu (RST), serta Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), terus diperbarui targetnya.
Baca juga: Suharso: Tiga cara entaskan miskin ekstrem
Pada 2023, setidaknya terdapat 100.000 penerima permakanan lansia, 33.775 penerima permakanan disabilitas, 378.745 penerima YAPI, 595 keluarga penerima RST, serta 7.500 penerima PENA.
"Sejak November 2022 hingga sekarang, sekitar 2.700 penerima manfaat PENA 2022 sudah akan selesai karena ekonominya membaik, ini pertanda bagus," tutur mantan Wali Kota Surabaya itu.
Meski demikian, Mensos Risma mengaku mendapat kesulitan dalam mendata para calon penerima manfaat.
Dalam pengelolaan dana khusus untuk menuntaskan kemiskinan ekstrem, pihaknya memerlukan waktu yang lama terkait dengan pelaksanaan asesmen calon penerima manfaat sehingga seluruh bantuan dapat sampai kepada penerima manfaat.
"Karena waktu yang lama, kami bisa menunjukkan bagaimana kondisi penerima manfaatnya, kami tahu semua siapa namanya, alamatnya, serta jenis bantuannya," ujarnya.
Maka dari itu, dia berharap, segala permasalahan terkait dengan anggaran kepada pihak yang terkait dapat diselesaikan dengan segera, mengingat bantuan harus didistibusikan dengan segera.
Baca juga: Ganjar gandeng kades turunkan kemiskinan ekstrem di Jateng
Baca juga: Pemerintah berencana tingkatkan indeks bantuan PKH dan sembako 2024
Baca juga: Menko PMK: Penanganan kemiskinan ekstrem dilihat dari dua sisi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023