Kami berterima kasih dan mengakui isyarat kemanusiaan ini yang secara pasti penting bagi perdamaian di negara ini,"

Bogota (ANTARA News) - Pemberontak Kolombia FARC hari Jumat membebaskan dua polisi yang mereka tangkap bulan lalu, dalam isyarat maksud baik menjelang negosiasi perdamaian mendatang dengan pemerintah.

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) membebaskan kedua polisi berseragam itu bahkan ketika para pemimpin kelompok bersenjata terbesar di Amerika Latin itu berjanji akan terus menangkap aparat keamanan sampai perdamaian tercapai.

Kedua polisi patroli itu, Cristian Camilo Yate dan Victor Gonzalez, diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di sebuah daerah pegunungan Kolombia selatan, dimana kelompok itu masih menahan seorang prajurit.

FARC, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa, berjanji membebaskan prajurit itu pada Sabtu.

Tayangan televisi menunjukkan kedua polisi itu memeluk mantan Senator Piedad Cordoba setelah dibebaskan.

"Kami berterima kasih dan mengakui isyarat kemanusiaan ini yang secara pasti penting bagi perdamaian di negara ini," kata Cordoba dikutip Reuters, yang dilucuti keanggotaan senatnya karena dituduh memiliki hubungan dengan FARC dan terlibat dalam banyak pembebasan.

Polisi-polisi itu dibebaskan menjelang perundingan perdamaian yang akan dimulai lagi pekan depan.

Kedua polisi itu ditangkap pada 25 Januari dan lima hari kemudian pemberontak menahan satu prajurit, yang diperkirakan akan dibebaskan pada Sabtu.

FARC menganggap polisi-polisi itu sebagai "tahanan perang" dan mengabaikan tuduhan pemerintah mengenai pelanggaran hak asasi manusia.

Polisi-polisi tersebut ditangkap di provinsi Valle del Cauca, Kolombia baratdaya, dan itu merupakan penangkapan pertama oleh FARC sejak pembebasan apa yang mereka sebut kelompok terakhir 10 polisi dan prajurit yang mereka tahan.

Sebuah pernyataan FARC pada akhir Januari mengatakan, kedua polisi itu adalah "tahanan perang", dan mereka menegaskan lagi janji mereka setahun lalu untuk tidak memulai lagi penculikan dengan tuntutan uang tebusan.

Pada Februari 2012, kelompok itu menyatakan meninggalkan praktik penculikan dengan tuntutan uang tebusan, dan sejak akhir tahun lalu melakukan perundingan dengan pemerintah Kolombia.

Negosiasi di Havana dimulai lagi pada Januari setelah masa libur tiga pekan dan kedua pihak berjanji mempercepat perundingan untuk mengakhiri konflik terakhir di kawasan Amerika Latin itu.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013