Suatu platform harus punya satu, dua, atau tiga produk sebagai penyeimbang karena kita tidak akan mengetahui apa yang terjadi ke depan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah berharap perusahaan teknologi finansial/financial technology (tekfin/fintech) memiliki produk alternatif di tengah ketidakpastian ekonomi untuk menghindari ancaman gagal bayar.
"Suatu platform harus punya satu, dua, atau tiga produk sebagai penyeimbang karena kita tidak akan mengetahui apa yang terjadi ke depan, seperti pandemi COVID-19 yang bisa tiba-tiba saja datang," ujar Kusersyansyah saat ditemui usai acara Intimate Media Luncheon di Jakarta, Selasa.
Produk alternatif yang dimaksud yakni seperti kombinasi produk multiguna konsumtif dengan produk yang bersifat produktif. Selain itu, bisa pula berupa suatu produk konsumtif yang memiliki dua pilihan tenor, yaitu tenor jangka pendek dan jangka panjang.
Ia pun mencontohkan salah satunya seperti fintech TaniFund yang sedang terkena kasus gagal bayar. Salah satu penyebab permasalahan tersebut yakni penjualan produk yang hanya satu jenis, sehingga saat pandemi melanda dampaknya menjadi lebih dalam.
TaniFund cenderung berfokus hanya pada sektor pertanian dan perikanan, dimana sektor tersebut sangat sensitif dengan pakan. Maka dari itu, kenaikan harga bahan utama pakan seperti gandum membuat fintech tersebut tertekan.
Sebagaimana diketahui, sempat terjadi kelangkaan gandum akibat perang Rusia dan Ukraina serta COVID-19 yang masih menyebar di beberapa negara sehingga menyebabkan logistik dan distribusi gandum terhambat.
Terkait kasus gagal bayar tersebut, Kusersyansyah mengaku turut prihatin dan sudah berdiskusi dengan TaniFund.
"Namun kondisi gagal bayar ini tidak hanya terjadi di fintech, memang ketika pasar turun itu sangat menantang untuk perusahaan bertahan," tuturnya.
Adapun platform Peer-to-Peer (P2P) Lending PT Tani Fund Madani Indonesia (TaniFund) menghadapi gagal bayar mencapai sekitar Rp14 miliar kepada sekitar 128 investor.
Tingkat wanprestasi (TWP90) atau kemampuan peminjam membayar pinjaman kurang dari 90 hari terus naik, yang mana TWP90 TaniFund sudah berada di level 63,93 persen pada Desember 2022.
Baca juga: AFPI catat agregat pinjaman P2P Lending Rp601,41 triliun per April
Baca juga: OJK: Ada 24 fintech lending yang memiliki TWP90 di atas 5 persen
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023