Ini adalah sebuah misi untuk melestarikan rasa yang ada di Indonesia melalui kecap.
Bandung (ANTARA) - Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jawa Barat, berupaya melestarikan salah satu bumbu khas Indonesia yakni kecap dengan memamerkan sebanyak 150 kecap dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Panitia dari Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unpad Hardian Eko Nurseto mengatakan pameran bertajuk Pameran Kecap Nusantara “Rasa Lestari” itu memberikan pengalaman kepada pengunjung untuk mengetahui kecap yang juga menjadi warisan budaya milik Indonesia.
"Ini adalah sebuah misi untuk melestarikan rasa yang ada di Indonesia melalui kecap," kata Hardian pada pameran tersebut yang digelar di Gedung Rektorat Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa.
Baca juga: KBRI Bandar Seri Begawan promosikan kuliner Indonesia
Selain pameran produk kecap, menurutnya juga ditampilkan pameran arsip atau dokumen mengenai kecap dari masa kolonial, mencicip kecap, pemutaran film dokumenter, diskusi, serta demo masak.
Hardian menilai saat ini belum banyak masyarakat yang menyadari keberagaman kecap dari berbagai daerah. Maka dari itu, timnya mencoba mendokumentasikan dan menelusuri sejarahnya.
“Di pameran kali ini kita juga menelusuri sejarah dari kecap manis, dari penelusuran dokumen Belanda sampai ke 1898,” kata Hardian.
Pada pameran itu, para pengunjung dapat mencoba sekitar 10 kecap berbeda yang ditampilkan. Pengunjung juga bisa melihat perbedaan konsistensi, warna, serta rasa dari masing-masing kecap serta melihat artefak seputar kecap dari 1930 hingga 1988.
Baca juga: Rahasia Bumi Aki tetap jadi tujuan wisata kuliner
Fahmi meyakini bahwa setiap aspek keilmuan dapat membuat orang tertarik untuk mengakses jika ditampilkan secara menarik.
“Teater Pengetahuan itu kan sebetulnya niatnya adalah ingin mendokumentasikan seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh umumnya bangsa Indonesia atau khususnya adalah sivitas akademika Unpad. Nanti bisa kita sebarluaskan dan dinikmati oleh kalangan umum sehingga memang pengemasannya itu lebih popular,” kata Fahmi.
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023