Fase kelima atau puncak, Pak AR mengundurkan diri sebagai Ketua PP Muhammadiyah.
Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta meluluskan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) Muhammad Ikhwan Ahada sebagai Doktor Psikologi Pendidikan Islam setelah mempertahankan disertasinya tentang Oase Kepemimpinan KH AR Fachruddin sebagai Servant Leader.
"Melalui disertasi ini, Muhammad Ikhwan Ahada dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan mendapat gelar Doktor Psikologi Pendidikan Islam. Ikhwan Ahada merupakan Doktor ke-181 yang diluluskan UMY," kata Sekretaris PWM DIY Arif Jamali melalui keterangan tertulis Humas UMY di Yogyakarta, Selasa.
Dalam disertasi tersebut, Ikhwan memilih topik penelitian tentang kepemimpinan AR Fachruddin, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 1968 sampai 1990, karena merupakan pemimpin Muhammadiyah terlama yang terkenal dengan kesederhanaan dan kesahajaannya.
Menurut Ikhwan, servant leaders yang diangkat merupakan teori Greenleaf (1990) yang menjelaskan tentang kepemimpinan etis.
Baca juga: Pendidikan kebencanaan perlu ditanamkan sejak dini, kata akademikus
Baca juga: UMY dapatkan hibah bioskop keliling dari Kemdikbud
"Servant leaders memiliki karakteristik mendengarkan, menerima orang lain dan empati, kemampuan memprediksi, persuasif, konseptualisasi, memperbaiki, melayani, komitmen pertumbuhan manusia, dan membangun komunitas," katanya.
Secara sederhana, kata dia, servant leader adalah pemimpin yang melayani anggota organisasi maupun pengikutnya.
"Servant leader secara bahasa berarti seorang pemimpin yang melayani, sekaligus mampu meredakan kecemasan anggota dan organisasi yang dilayaninya," katanya.
Selain analisis Greenleaf, Ikhwan juga menganalisis kepemimpinan AR Fachruddin menggunakan Perspektif Maxwell tentang level kepemimpinan. Fase pertama, saat menjabat sebagai Ketua PDM Yogyakarta, kemudian saat terpilih menjadi Ketua PP Muhammadiyah menggantikan KH Faqih Usman yang wafat.
"Lalu fase produktivitas dari banyaknya produk tulisan maupun orasi. Fase keempat adalah mengembangkan orang lain dengan memberdayakan kader-kader untuk mengembangkan Muhammadiyah di penjuru negeri. Fase kelima atau puncak, Pak AR mengundurkan diri sebagai Ketua PP Muhammadiyah," katanya.
Menurut dia, karakter Pak AR Fachruddin lahir karena beberapa faktor yaitu penanaman sikap seorang abdi dan bangsawan di lingkungan Puro Pakualaman, kemudian penanaman nilai-nilai Islam dari kitab-kitab rujukan primer islam, serta budaya Jawa yang adiluhung.
Ikhwan kemudian menyimpulkan bahwa Pak AR memenuhi karakter kepemimpinan berdasarkan Greenleaf, Maxwell, bahkan Kuntowijoyo, bahkan dia berpendapat bahwa Pak AR memiliki karakter Post Servant Leader.
"Karena Pak AR merupakan pemimpin Muhammadiyah terlama, terkenal dengan kesederhanaan dan kesahajaannya. Seorang pemimpin yang melayani, sekaligus mampu meredakan kecemasan anggota dan organisasi yang dilayaninya," katanya.
Meski begitu, kata dia, K.H. A.R. Fachruddin dalam ranah pembimbingan pemimpin penerus, memiliki kelemahan, yaitu tidak melahirkan generasi pemimpin Muhammadiyah yang mendekati atau bahkan menyamai kualitas kepemimpinan beliau.*
Baca juga: Wapres sebut dakwah Islam di Indonesia selalu menggembirakan
Baca juga: UMY: sinergi universitas-pemda penting hadapi era disruptif
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023