Tindakan seperti itu tidak akan ditoleransiCape Town (ANTARA News) - Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Kamis, menggunakan pidato tahunannya untuk menyerukan "persatuan dalam aksi" guna mengakhiri kasus perkosaan yang mengganggu negara itu.
"Kebrutalan dan kekejaman yang terjadi kepada perempuan tidak berdaya tidak dapat diterima dan tidak memiliki tempat di negara kita," kata Zuma di hadapan parlemen, hanya beberapa hari setelah sebuah kasus pemerkosaan kejam dan sadis terjadi pada seorang gadis berusia 17 tahun yang mengejutkan bangsa.
"Pemerkosaan berkelompok brutal dan pembunuhan Anene Booysen serta perempuan dan anak perempuan yang lain dalam beberapa waktu terakhir telah membawa kita di suatu titik untuk fokus pada perlunya suatu kesatuan dalam tindakan untuk membasmi ancaman ini."
Booysen ditemukan di lokasi konstruksi setelah penyerangnya menganiaya remaja perempuan itu dengan brutal dan sadis yang berujung pada kematiannya.
Booysen dimakamkan pada akhir pekan setelah sekarat di rumah sakit. Ratusan pelayat menghadiri pemakamannya.
Zuma mengatakan ia telah menginstruksikan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan kasus itu dengan "urgensi maksimal dan penting."
Sekitar 65 ribu pelanggaran seksual terjadi di Afrika Selatan tahun lalu, menurut data resmi. Namun, polisi memperkirakan hanya satu dari 36 kasus perkosaan yang dilaporkan.
Aktivis mengeluh bahwa hanya sebagian kecil dari kasus yang dilaporkan berujung pada hukuman bagi pelaku.
Zuma mengatakan bahwa keadaan telah membaik sejak unit penanganan kekerasan dalam rumah tangga, perlindungan anak dan pelanggaran seksual menjatuhkan 365 hukuman seumur hidup tahun lalu dan tingkat pemberian hukuman sekitar lebih dari 70 persen.
Namun besarnya permasalahan sungguh mengagetkan. Diperkirakan sekitar 28 persen laki-laki Afrika Selatan telah melakukan perkosaan, menurut data dari Dewan Penelitian Kesehatan Afrika Selatan dan Pusat Penelitian Perempuan Internasional.
Berdasarkan data statistik dari Gauteng - yang meliputi Johannesburg dan Pretoria - peneliti telah menunjukkan bahwa hampir 89 persen dari perkosaan yang dilaporkan melibatkan perempuan kulit hitam, yang umumnya miskin.
(G003/H-AK)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013