Mencakup luas area sekitar 93.000 hektar, Saihanba dihuni ribuan spesies flora dan fauna. Kondisi alamnya yang luar biasa bahkan menarik kunjungan wisatawan setiap tahun.
Namun, kondisi wilayah ini sebelumnya tidak selalu indah. Pada era 1950-an, bekas tempat liburan keluarga kerajaan ini menjadi tempat pembuangan sampah akibat kerusakan hutan yang tak terkendali. Kondisi ini pun mengancam ibu kota Tiongkok, Beijing, serta wilayah sekitarnya dengan badai pasar yang parah dan kerap terjadi.
Sebuah upaya diawali pada 1962 untuk mengubah tanah tandus menjadi lahan hijau yang penuh "keajaiban", serta dihuni 500 juta pohon.
Luas cakupan hutan di wilayah ini juga bertambah dari 11,4% menjadi 80% dalam enam dekade. Hutan buatan Saihanba membersihkan dan memurnikan sekitar 137 juta meter kubik udara bagi warga Beijing dan Tianjin, serta menyerap 860.300 ton karbondioksida dan menghasilkan 598.400 ton oksigen.
Dari alat pendeteksi kebakaran dengan radar inframerah, serta sistem pemantauan dan peringatan dini hingga pemantauan video untuk kebakaran hutan dan pemantauan titik panas lewat satelit, teknologi canggih telah digunakan demi melindungi hutan dari bencana kebakaran.
"Sistem kami secara otomatis mengingatkan penjaga hutan lewat telepon ketika petir mendekati hutan dengan kekuatan yang melebihi standarnya," ujar Peng Zhijie, Direktur Dinas Pencegahan Kebakaran Hutan Saihanba. "Kami juga menggunakan pesawat nirawak (drone) yang memantau wilayah sekitar hutan."
Berkat teknologi ini, hutan Saihanba terjaga dengan baik sehingga menguntungkan berbagai orang. Presiden Xi turut memuji pencapaian lingkungan hidup yang terwujud di Saihanba pada 201, dan berkata, "transformasi area ini telah menciptakan sebuah model dalam sejarah perkembangan lingkungan hidup dunia."
Menghargai alam, dan segala manfaatnya akan didapatkan
"Seluruh makhluk hidup mampu berkembang ketika hidup harmonis dan memperoleh asupan gizi dari alam." Pepatah Tiongkok ini berasal dari filsuf Xunzi yang hidup lebih dari 2.000 tahun lalu. Xi menyampaikan pepatah ini dalam sebuah sambutan video dari Beijing untuk acara Leaders' Summit on Climate pada April 2021. Saihanba sangat mencerminkan, pembangunan yang selaras antara manusia dan lingkungan hidup dapat menghasilkan masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Xi berkata, "Ibu pertiwi telah merawat kita, dan kita harus menghargai alam sebagai bagian dari kita sendiri, serta menghargai dan melestarikannya, sekaligus menuruti hukumnya. Jika kita tidak menghargai alam atau mengikuti hukumnya, alam akan membalaskan dendamnya."
Pada 2020, Tiongkok mengumumkan dua target, yakni mencapai emisi karbondioksida puncak sebelum 2030, serta netralitas karbon sebelum 2060 demi menjamin pembangunan berkelanjutan.
Dalam laporan untuk Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis Tiongkok pada Oktober lalu, pembangunan hijau dan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam menjadi salah satu tugas utama bagi Tiongkok dalam periode lima tahun ke depan.
yt:
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023