Pekanbaru (ANTARA News) - Tidak ada tanda-tanda kehidupan di lokasi arena menembak pada kawasan Sport Centre Rumbai Pekanbaru yang sempat difungsikan sebagai tempat pertandingan para atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 Riau.

Situasinya begitu menyedihkan, rerumputan liar tumbuh memenuhi setiap sudut halaman pada areal bangunan megah itu. Sampah berupa daun-daun kering yang rontok dari pepohonan yang tertanam di dalam areal arena menembak berkelas nasional itu, juga tampak berserakan.

Pada dinding pagar yang mengelilingi bangunan bertekstur minimalis itu, masih tertempel poster-poster di mana terpampang wajah-wajah atlet menembak dengan didampingi burung serindit yang merupakan maskot PON XVIII 2012.

Beberapa bendera dan umbul-umbul bercorak merah putih juga tampak lusuh tak terawat, tergantung di beberapa ujung tiang yang tampak miring. Susunan batu paving blok juga masih berserakan belum utuh terpasang di halaman parkir pada arena olahraga itu.

Beginilah sisa bangunan sepeninggal PON yang diselenggarakan pada akhir 2012. Pepohonan yang tertanam di sekitar halaman arena menembak itu pun tidak lagi tampak seperti perhiasan yang indah. Agaknya, derasnya hujan yang turun tak cukup untuk menyempurnakan pertumbuhan tanaman yang tampak kian layu dengan dedauann yang mulai memucat hingga bewarna kuning pasi itu.

"Duk...duk...duk...!!! Duk...duk...duk...!!!. Permisi... permisi....!!!," tidak ada sahutan sama sekali dari balik pagar setinggi kurang lebih satu setengah meter yang melingkari bangunan megah itu.

Setelah diamati, ternyata pintu masuk utama pada bangunan itu terkunci bahkan digembok dengan rantai yang begitu kokoh. Pengamatan dari balik pagar, memang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ruang kerja kontraktor yang berada tepat di depan arena menembak, juga tampak lengang, tidak tampak satu pekerja pun di dalamnya.

Lensa kamera mendokumentasikan bangunan itu meski tanpa adanya kehidupan. Cukup dengan pose seorang wanita tengah memegang senjata laras panjang yang terlukis pada poster di dinding pagar, dengan bangunan megah yang tampak begitu angker.


Bangunan `Angker`

Arena menembak PON Riau yang terletak di kawasan Sport Centre Rumbai Pekanbaru agaknya memang telah menjadi dilema akut. Terlepas dari masa lalu yang terkesan penuh dengan misteri.

Agaknya proyek bernilai lebih Rp46 miliar ini juga sudah sejak lama menunjukkan tanda-tanda situasi `angker`. Namun firasat itu terkesan diabaikan oleh para lakon yang begitu `menggebu` dalam menyambut datangnya Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012.

Ya..., gara-gara proyek berfisik `amburadul` ini, sejumlah kalangan pejabat Pemerintah Provinsi Riau dan legislator setempat harus berurusan dengan aparat penegak hukum.

Peristiwa tragis itu bermula ketika terjadi pembengkakan anggaran pada proyek minimalis tersebut yang memaksa pihak pemerintah daerah mau tidak mau harus menambah nilai anggarannya.

Inisiatif penambahan anggaran itu harus dimulai dengan merevisi peraturan daerah (perda) yang ketika itu memang tengah memasuki masa kadaluwarsa.

Pembahasan atas rencana revisi Peraturan Daerah Provinsi Riau No. 6/2010 tentang Dana Pengikatan Tahun Jamak Pembangunan Arena Menembak Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 antara legislatif dan eksekutif ketika itu berjalan alot.

Tarik ulur pun tak terhindarkan, hingga akhirnya `mengeluarkan aroma` tak sedap dengan indikasi `kong kalikong` yang mulai membentuk `cinta segitiga` antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Namun pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan `penciuman` yang tajam pada akhirnya mengungkap cerita `cinta terlarang` itu dengan menyergap beberapa wakil rakyat dan pihak rekanan pengerja proyek arena menembak.

Hingga saat ini, KPK telah menetapkan sebanyak 14 orang tersangka terkait kasus dugaan suap atas rencana revisi perda terkait bangunan `angker` itu. Di antaranya mantan Kepala Dispora Riau Lukman Abas, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Olahraga pada Dispora Riau Eka Dharma Putra, Manager KSO pelaksana proyek PON Rahmat Sahputra serta sepuluh anggota DPRD Riau.

Kemudian dari hasil pengembangan dan pemeriksaan para saksi serta tersangka terdahulu, lembaga `super body` ini juga akhirnya menjerat Gubernur Riau HM Rusli Zainal yang juga diduga turut terlibat dalam `cinta segitiga` itu dengan merestui adanya `uang lelah` yang mengalir ke para oknum wakil rakyat.

Dia pun dituduh telah menerima uang suap dari pihak rekanan pengerja proyek arena PON Riau dalam hal ini PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya dan PT Adhi Karya senilai Rp500 juta.


Penangkal `Angker`

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau Emrizal Pakis yang dikonfirmasi terkait kondisi `menyeramkan` arena menembak menyatakan situasi `angker` itu bakal segera ditangkal dengan ragam upaya yang telah dipersiapkan.

"Untuk saat ini, kondisi arena menembak memang tidak terkontrol dengan baik karena masih dalam masa perawatan pihak ketiga (kontraktor)," katanya.

Lantas apa upaya ke depan pemerintah untuk bisa tetap menjaga bangunan bernilai puluhan miliar rupiah itu?

"Kami telah memikirkan hal itu, dan saat ini dalam pembahasan dengan pihak-pihak terkait. Kami juga telah berupaya untuk melirik situasi pemeliharaan bangunan yang sama di beberapa provinsi tetangga seperti Palembang bahkan hingga ke Kalimantan Timur dan Jakarta," katanya.

Apakah ada rencana untuk mengkomersilkan sejumlah arena sisa PON Riau yang saat ini kondisinya sama tak terawat?

"Saya juga telah ada pemikiran seperti itu, di mana ke depan bakal ada upaya komersialisasi terhadap arena-arena olahraga tertentu yang diharapkan dapat membiayai pemeliharaan. Sementara untuk arena olahraga yang kurang diminati masyarakat, akan diupayakan dana perawatannya melalui anggaran daerah (APBD)," tuturnya.

Kapan semua rencana penangkal `angker` arena-arena olahraga sisa PON termasuk lapangan menembak itu bakal direalisasikan ?

"Tut...tut...tut...," sambungan telepon pun terputus. Emrizal belum memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (FZR/KWR)

Oleh Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013