Beberapa investor mencari harga murah setelah penjualan tajam hari sebelumnya.

Tokyo (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena perburuan harga murah, pulih dari penurunan hari sebelumnya, tetapi kenaikan terbatas karena investor tetap berhati-hati menjelang keputusan kebijakan utama oleh Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya.

Minyak mentah berjangka Brent terkerek 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 72,00 dolar AS per barel pada pukul 00.48 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS sedikit menguat 7 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 67,19 dolar AS per barel,

Kedua harga acuan turun sekitar tiga dolar AS per barel pada Senin (12/6), setelah para analis menyoroti meningkatnya pasokan global dan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan menjelang data inflasi utama dan pertemuan dua hari kebijakan moneter Fed yang ditutup pada Rabu (14/6).

"Beberapa investor mencari harga murah setelah penjualan tajam hari sebelumnya, sementara yang lain menahan posisi mereka dengan spekulasi bahwa Arab Saudi mungkin memangkas produksi tambahan," kata Tatsufumi Okoshi, seorang ekonom senior di Nomura Securities.

Harga minyak menghadapi risiko penurunan lebih lanjut karena pemulihan ekonomi China yang goyah, katanya pula, memprediksi WTI akan diperdagangkan di kisaran 62,50 dolar AS hingga 75 dolar AS per barel selama musim panas, tetapi terutama di bawah 70 dolar AS per barel.

Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan Bank Sentral AS akan membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakannya. Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan membebani harga.

Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase lagi pada Kamis (15/6) untuk menjinakkan inflasi yang membandel. Namun Bank Sentral Jepang, yang akan mengumumkan rencananya pada Jumat (16/6), diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgarnya.

Di China, data ekonomi yang mengecewakan pekan lalu menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan di importir minyak mentah terbesar dunia itu, mengimbangi dorongan harga dari janji Arab Saudi untuk memotong tambahan produksi 1 juta barel per hari pada Juli.

Pasar juga menunggu prospek permintaan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA), kata Okoshi dari Nomura.

Kedua organisasi tersebut akan merilis pembaruan pasar bulanan mereka pada Selasa nanti (20/6).
Baca juga: Harga minyak turun di Asia, keputusan suku bunga Fed jadi fokus
Baca juga: Harga minyak turun menyusul perkiraan "bearish" Goldman Sachs

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023