Jepang sedang tidak jelas. Semua orang memahami bahwa pesan ini adalah ditujukan kepada Tokyo karena tidak menghormati aturan permainan kolektif."Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional, Kamis, mengatakan bahwa kekhawatiran atas perang mata uang adalah "berlebihan" dan pihaknya tidak melihat nilai mata uang utama sebagai sangat menyimpang.
"Pada pembicaraan apa yang disebut perang mata uang, yang kami rasakan adalah berlebihan," juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan kepada wartawan, "penilaian multilateral kami tidak menunjukkan penyimpangan yang sangat signifikan dari nilai wajar untuk mata uang relevan."
Berbicara menjelang pertemuan menteri G20 pada Jumat dan Sabtu di Moskow, dimana upaya Jepang untuk memaksa yen lebih rendah akan menjadi topik hangat, Rice mengakui bahwa isu persaingan devaluasi -- diangkat oleh banyak negara yang mata uangnya menguat -- harus dipantau.
"Perkembangan ini tentu harus dipantau dengan pendekatan kooperatif, dan tentu saja IMF akan melakukan perannya dalam upaya ini," kata Rice.
Pertemuan G20 mendatang digelar saat para pemimpin zona euro menyuarakan kekhawatiran tentang apresiasi euro, dan lainnya telah menyerang Jepang mendorong yen turun tajam guna meningkatkan ekonominya.
Awal pekan ini, Amerika Serikat mendesak dunia untuk menahan diri dari "persaingan devaluasi", sebuah pesan yang digaungkan oleh komisi Uni Eropa, Prancis dan Jerman.
Dan kelompok G7 negara-negara terkaya di dunia -- termasuk Jepang -- pada Selasa (12/2) mengeluarkan pernyataan yang menenangkan pasar dengan menyatakan komitmen mereka terhadap "nilai tukar yang ditentukan pasar".
Tetapi beberapa pejabat mengatakan tekanan akan meningkat pada Tokyo.
"Jepang sedang tidak jelas. Semua orang memahami bahwa pesan ini adalah ditujukan kepada Tokyo karena tidak menghormati aturan permainan kolektif," kata seorang pejabat keuangan Eropa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013