Uni Soviet merupakan negara komunis yang kuat pada zaman itu.
Jakarta (ANTARA) -
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi (BRIN) meminta Indonesia belajar dari konflik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai.
 
Megawati menilai Ukraina kurang cerdas karena berani melakukan pertentangan dengan Rusia. Padahal, ketika Perang Dingin terjadi sebelum 1990, Ukraina merupakan bagian dari Uni Soviet atau Union of Soviet Socialist Republics (USSR).
 
"Rusia dan Ukraina, coba anak-anak muda ini, coba 'kan, kasihan 'kan Ukraina? Tapi kenapa? Karena tidak bisa mikir dia. Tidak bisa mikirnya kenapa? Ya, itu 'kan (Ukraina) dahulu bagian dari Rusia, USSR," ujar Megawati dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) BRIN dan TVRI di Gedung TVRI, Jakarta Pusat, Senin.
 
Adapun Uni Soviet merupakan negara komunis yang kuat pada zaman itu. Ukraina lantas memisahkan diri dari Rusia dan mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 24 Agustus 1991.
 
Menurut Megawati, Ukraina telah melupakan sejarahnya. Namun, dia tetap merasa prihatin kepada Ukraina yang telah diinvasi oleh Rusia.
 
Putri presiden pertama RI Ir. Soekarno itu mengaku sempat berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait dengan Ukraina. Putin mengatakan bahwa Rusia membiarkan Ukraina lepas Uni Soviet agar negara itu bisa mandiri.
 
"Waktu saya ketemu Presiden Putin, beliau bilang, 'Iya biar mereka mandiri karena kalau tidak, mereka bergantung pada Rusia'. Aku bilang, 'Keren, iya, loh," ungkapnya.
 
Megawati juga merasa heran dengan sikap Ukraina yang malah menyatakan diri ingin bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi keamanan yang didominasi negara-negara Barat.
 
Hal inilah yang membuat Rusia menjadi marah karena prospek berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya.
 
"Orang (Ukraina) kayaknya di pintu Rusia. Nah, dia tidak bisa berpikir seperti itu, terus minta tolong kepada NATO, ya, Rusia bereaksi," ucapnya.
 
Untuk itu, Megawati menegaskan agar bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kasus itu. Indonesia harus selalu siap apabila ada yang ingin mengambil kedaulatannya.
 
"Saya kepada Panglima (TNI) dan yang lain sebagainya mengatakan, 'Kalian jangan masuk zona nyaman meskipun ini dunia dalam keadaan damai. Akan tetapi, kalau ada orang yang mau ambil negeri kita kembali, apa strategi mu?'" tanya Megawati.
 
Megawati pernah mempertanyakan kondisi ini kepada Panglima TNI. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak panik dengan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang.
 
"Kalau kita tiba-tiba di-deng begitu, kayak apa ya? Saya tidak bisa bayangkan. Masa kita mau pakai senjata-senjata yang menurut saya sudah tidak update lagi, sudah tidak sesuai. Coba bagaimana kalau republik ini tidak dijaga?" tambahnya.

Baca juga: Megawati dorong BRIN kembangkan reaktor nuklir di Indonesia
Baca juga: Megawati minta BRIN manfaatkan anggaran secara tepat sasaran

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023