Padang (ANTARA News) - Pemukiman warga di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Air Dingin Balai Gadang, Kota Padang, Sumbar, terlihat mengkhawatirkan terkait jarak antara kumpulan sampah dengan rumah penduduk yang nyaris bersentuhan dan akan menyebabkan muculnya berbagai penyakit. Pantauan dikawasan TPA itu, Rabu (14/6), terlihat tumpukan sampah di pinggir-pinggir rumah penduduk sekitar lokasi TPA membuat pandangan yang kurang nyaman ditambah bau yang kurang sedap. Namun warga setempat tidak ambil peduli kondisi itu, malahan memberi peluang bagi truk membuang sampah dipekarangan rumahnya agar lebih dekat memilih barang bekas. Sukimin (38) pemulung setempat mengatakan, tumpukan sampah yang berada dipekarangan rumah itu atas keinginan warga agar pembongkaran berdekatan dengan kediamannya, karena mereka akan memilih barang bekas dari tumpukan sampah tersebut. Ia mengatakan, jika sampah dibuang ditengah lokasi TPA maka akan bersaing dengan ratusan pemulung lainnya untuk mendapatkan barang bekas itu. Karena warga sekitar juga mengandalkan pendapatan dari hasil barang bekas, sehingga bau kurang sedap dari sampah tidak mempengaruhi aktivitas kesehariannya. Disamping para suami, kalangan ibu rumah tangga juga beraktivitas mencari barang bekas ditumpukan sampah disamping rumahnya untuk menambah pendapatan keluarganya. Sampai kini warga di kawasan itu jarang terserang penyakit seperti demam berdarah dan muntah bocor, hanya sebagian kecil pemulung mengalami penyakit kulit, kata Sukimin. Menurut dia, jikapun ada penertiban untuk tidak mengizinkan membongkar sampah di sekitar pekarangan rumah warga belum tentu mereka setuju, karena terkait akan mengurangi penghasilannya. Suharti (43) warga setempat mengatakan, bagi truk sampah yang melakukan pembuangan di lokasi perkarangan rumah, mesti membayar pada pemiliknya, selain itu keuntungan bisa mendapat barang bekas dari tumpukan tersebut. Dalam melakukan aktivitas rumah tangga, bisa disambilkan memilih barang bekas yang layak jual dan tidak perlu mencari ke tengah lokasi TPA, jelasnya. Terkait bau kurang sedap, tidak mempengaruhi karena warga dan telah terbiasa kecuali pengunjung yang merasakan tidak nyaman, ujarnya. Selain itu, warga di sekitar lokasi seluas 30 hektare lebih dengan 450 ton sampah per hari itu, juga banyak menjadi pemulung dengan penghasilan cukup lumayan. "Kami menggantungkan hidup dari hasil penjualan barang bekas yang diperoleh tiap hari sekitar Rp25 ribu, cukup untuk biaya pendidikan anak-anak, sehingga kondisi lingkungan tersebut tidak dipersoalkan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006