Makassar (ANTARA News) - Mantan Presiden HM Jusuf Kalla mengunjungi Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Samiun Nomor 17 setelah satu serangan bom molotov terhadap gereja di Makassar, Sulawesi Selatan itu, Kamis.
Dalam kujungan itu, JK berdialog dengan pengurus gereja serta meminta Kepolisian,TNI, serta pihak terkait dan pihak gereja bersama-sama bekerja untuk menangkap pelaku yang meresahkan kerukunan umat beragama.
JK didampingi Kapolda Sulselbar Irjen Pol Mudji Waluyo, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI M Nizam Kejati Sulsebar Mohammad Kohar, Kabag Pemerintahan Kota Makassar Muhammad Sabri serta pengurus gereja menyaksikan bekas-bekas penyerangan sambil mendengarkan kronologis penyerangan.
"Saya yakin ada cara mengatasi kasus ini, semua polisi, TNI dan jemaat gereja aktif melakukan kerjasama untuk menangkap pelaku dan masyarakat diminta melaporkan segera apabila ada keganjalan," kata Duta Perdamaian ini.
Sebelumnya, Yohanes petugas Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas pada saat kejadian penyerangan bom molotov di gereja tersebut dia menyebutkan pelemparan terjadi sekitar antara pukul 03:00 WITA - 04:00 WITA.
"Waktu itu sangat sepi, tiba-tiba pintu kaca jendela pecah dan ada api, ada dua orang, satu melempar botol ke arah gereja berada didepan pintu pagar, satunya lagi di atas motor bersiap-siap. Tapi mereka terekam CCTV," kata Yohanes satpam di gereja tersebut, Kamis.
Dirinya menyebutkan hanya mendengar suara motor dan mendengar suara kaca pecah sekitar antara pukul 03:00 WITA - 04:00 WITA dini hari di dalam gereja.
Ketua PMI Pusat ini sebelumnya melakukan pertemuan dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kepolisian,TNI, Pemkot Makassar dan masyarakat di Kantor Balai Kota Makassar.
"Setahu saya konfilk agama sangat berat diselesaikan, kalau dibiarkan bisa membesar kalau tidak ditangani. Ingin membeli murah surga, orang-orang ini ingin mendapatkan, malah tempatnya hanya neraka," tuturnya.
Menurutnya, pelanggaran agama pasti neraka tempatnya, tidak ada membernarkan perjuangan itu dalam agama apa pun membakar rumah ibadah dengan alasan masuk surga, padahal neraka-lah tempatnya.
"Dari sisi islam mengjarkan damai, kita harus lawan bersama.Kita bantu aparat memberikan informasi.
Menjaga satu sama lain, jangan ada gerakan-gerakan lain supaya aman kota kita," ujarnya.
Lanjutnya, "Saya kira tidak ada kaitan dengan Pilkada. Kita harus hentikan pemikiran itu. Kalau kota kacau akan merugikan semuanya, usaha, pengusaha, pendidikan dan ekonomi serta lainnya," katanya
Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada 10 Februari 2013 di Gereja Toraja Tiatiara Kecamatan Tamalate, dan Gereja Toraja Mamasa Jemaat Jordan, Kecamatan Panakkukang.
Kemudian disusul dua Gereja Kristen Indonesia (GKI) terjadi pada Kamis (14/2) dini hari sekitar pukul 04:00 Wita yakni di GKI Jalan Samiun nomor 17 dan Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Panakukang di Jalan Pettarani II Nomor 3.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013