Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,07 persen lebih tinggi di 521,24
Singapura (ANTARA) - Saham Asia menguat dalam perdagangan yang berhati-hati pada Senin, karena investor bersiap untuk keputusan bank sentral di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat minggu ini, bersama dengan data inflasi AS yang kemungkinan akan mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,07 persen lebih tinggi di 521,24 poin, setelah menyentuh puncak lebih dari satu bulan di 521,94 poin di awal sesi. Indeks MSCI telah terangkat 4,0 persen sejauh bulan ini.

Di Jepang, indeks acuan Nikkei 225 berakhir naik 0,52 persen, sementara pasar Australia ditutup untuk hari libur publik.

Pasar berjangka mengindikasikan saham Eropa dibuka lebih tinggi, dengan Eurostoxx 50 berjangka naik 0,35 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,34 persen dan FTSE berjangka Inggris naik 0,40 persen. E-mini berjangka untuk S&P 500 naik 0,13 persen.

Pekan lalu, bank sentral Australia (RBA) dan bank sentral Kanada (BoC) mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang membandel dan kuat, memicu kekhawatiran bahwa Fed akan mengikuti dan mengambil sikap hawkish dalam pertemuan Juni.

Ahli strategi Citi mengatakan Fed dapat dihadapkan pada pelajaran yang telah dipelajari oleh bank sentral lain seperti bank sentral Kanada pengetatan lebih lanjut masih diperlukan untuk membawa inflasi menjadi 2,0 persen.

Baca juga: Saham Asia dibuka menguat jelang pertemuan bank-bank sentral

Baca juga: Saham Asia terangkat oleh taruhan jeda kenaikan suku bunga Fed


Pasar menilai probabilitas 71 persen bank sentral AS akan bertahan ketika bertemu pada 13-14 Juni, menurut alat CME FedWatch.

"Ini adalah perkiraan dekat antara kenaikan 25 basis poin atau 'bertahani' ... dan akan turun ke IHK pada Selasa (13/6/2023)," kata Citi dalam sebuah catatan.

Citi memperkirakan kenaikan 25 basis poin dari Fed. "Tindakan paling mudah untuk diambil ketika mengakui suku bunga harus lebih tinggi adalah dengan menaikkan suku bunga".

Sementara keraguan bertahan di antara investor jalan mana yang akan diambil Fed minggu ini, mereka lebih yakin Bank Sentral Eropa, yang bertemu pada Kamis (15/6/2023), akan menaikkan suku bunga dan tetap hawkish.

"Kami berharap (Presiden ECB) Lagarde untuk mempertahankan sikap hawkish terhadap inflasi dengan alasan bahwa lebih banyak yang harus dilakukan di depan inflasi," kata Mohit Kumar, ekonom untuk Eropa di Jefferies.

"Sepertinya Lagarde tidak akan memberikan petunjuk bahwa mereka siap untuk berhenti setelah Juli, yang saat ini dinilai oleh pasar," kata Kumar, yang memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Di China, Indeks Komposit Shanghai ditutup turun tipis 0,08 persen, sementara indeks saham unggulan China CSI300 terdongkrak 0,20 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong berakhir menguat 0,06 persen.

Pemulihan ekonomi China pasca-COVID-19 yang tergagap-gagap telah membebani saham, dengan investor menggantungkan harapan pada lebih banyak stimulus kebijakan karena manufaktur dan ekspor yang lemah merusak prospek yang lebih luas tahun ini.

Menyusul inflasi yang lebih lemah dari perkiraan pada Mei, pinjaman kredit, penjualan ritel, dan data produksi industri yang dirilis di China minggu ini juga dapat melampaui perkiraan.

Bank sentral China (PBoC) akan memperpanjang pinjaman kebijakan jangka menengah senilai 200 miliar yuan (28,00 miliar dolar AS), yang jatuh tempo pada Kamis (15/6/2023), dan fokusnya adalah pada tingkat di mana pinjaman tersebut diperpanjang.

Pemotongan, yang mungkin terjadi mengingat pemulihan pasca-pandemi China telah mulai tersendat, akan meningkatkan kesenjangan antara suku bunga AS dan China dan dapat membebani yuan.

Baca juga: Saham Asia dibuka menguat didukung ekspektasi jeda kenaikan bunga Fed

Baca juga: Saham Asia dibuka jatuh karena investor resah tentang suku bunga Fed

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023