Singapura (ANTARA) - Dolar sedikit melemah di sesi Asia pada Senin sore, tetapi masih mendekati posisi terendah multi-minggu terhadap beberapa mata uang utama karena para pedagang tetap berjaga-jaga menjelang keputusan kebijakan moneter yang akan dirilis minggu ini dari beberapa bank sentral, termasuk Federal Reserve.

Mata uang AS disematkan di dekat level terendah satu bulan terhadap pound Inggris dan Aussie (dolar Australia) masing-masing di 1,2568 dolar AS dan 0,6740 dolar AS, dengan liburan di sebagian besar Australia membuat perdagangan menipis.

Pertemuan kebijakan The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mengatur nada untuk minggu ini, karena pasar mencari petunjuk dari para pembuat kebijakan tentang jalur suku bunga di masa depan.

Data inflasi Mei AS juga akan dirilis pada Selasa (13/6/2023) ketika Fed memulai pertemuan dua harinya.

"Setiap pergerakan dolar AS akan tetap terkendali dan kisaran baru-baru ini masih akan bertahan menjelang FOMC," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC. "Mungkin data (inflasi) yang lebih lembut dapat meniadakan tekanan bullish dolar AS."

Pasar uang condong ke arah jeda dari Fed ketika mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu (14/6/2023), menurut alat CME FedWatch, ekspektasi yang mengirim Wall Street melonjak ke level tertinggi 13 bulan pada Jumat (9/10.2023) karena sentimen risiko membaik.

Indeks dolar AS mencatat kerugian hampir 0,5 persen minggu lalu, penurunan mingguan terburuk sejak pertengahan April, dan terakhir diperdagangkan 0,09 persen lebih tinggi pada 103,62.

Sebaliknya, mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin minggu ini dan sekali lagi pada Juli, sebelum berhenti untuk sisa tahun ini karena inflasi masih kokoh.

Euro tergelincir 0,08 persen menjadi 1,0740 dolar di perdagangan Asia, setelah naik 0,4 persen minggu lalu, kenaikan mingguan pertama dalam waktu sekitar sebulan.

"Di luar keputusan yang dibuat bank sentral pada pertemuan ini, yang menjadi perhatian khusus adalah panduan ke depan mereka," tulis ekonom di ANZ dalam sebuah catatan.

"Bank-bank sentral telah menaikkan suku bunga secara agresif selama 12-15 bulan terakhir dan memberikan efek tertunda dimana kebijakan moneter mempengaruhi permintaan, apakah bank sentral bersiap untuk jeda, mengikuti contoh RBNZ?"

Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) bulan lalu mengisyaratkan pengetatan dilakukan setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun sebesar 5,5 persen, mengakhiri siklus kenaikan paling agresif sejak 1999. Itu membuat kiwi jatuh 2,7 persen pada Mei.

Dalam perdagangan sore pada Senin, kiwi terakhir 0,11 persen lebih rendah pada 0,6123 dolar AS, meskipun tidak terlalu jauh dari tertinggi dua minggu di 0,6138 dolar AS yang dicapai pada Jumat (9/6/2023).

Di tempat lain, yen Jepang stabil di 139,43 per dolar AS.

BoJ diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar minggu ini dan perkiraan untuk pemulihan ekonomi yang moderat, karena belanja perusahaan dan rumah tangga yang kuat meredam pukulan dari permintaan luar negeri yang melambat, sumber mengatakan kepada Reuters.

"Kami mengubah perkiraan BoJ kami untuk tidak ada revisi YCC pada pertemuan minggu ini," kata Jin Kenzaki dari Societe Generale, mengacu pada kebijakan kontrol kurva imbal hasil bank sentral yang kontroversial.

"Namun, kami masih berpikir bahwa BoJ dapat memperluas jangkauan pada pertemuan Juli."

Data yang keluar pada Senin menunjukkan bahwa inflasi grosir Jepang melambat untuk bulan kelima berturut-turut pada Mei karena penurunan harga bahan bakar dan komoditas, tanda tekanan biaya yang telah mendorong inflasi konsumen mungkin mereda.

Baca juga: Rupiah pada Senin pagi melemah jadi Rp14.898 per dolar AS
Baca juga: Harga minyak turun di Asia, keputusan suku bunga Fed jadi fokus
Baca juga: Harga emas jatuh karena aksi ambil untung dan dolar lebih kuat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023