Minyak mentah berjangka Brent merosot 70 sen atau 0,94 persen, menjadi diperdagangkan pada 74,09 dolar

Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore menjelang pertemuan Federal Reserve AS, karena investor mencoba untuk mengukur selera bank sentral untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, sementara kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan bahan bakar China dan meningkatnya pasokan minyak mentah Rusia membebani pasar.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 70 sen atau 0,94 persen, menjadi diperdagangkan pada 74,09 dolar AS per barel pada pukul 06.47 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan pada 69,53 dolar AS per barel atau melemah 0,91 persen.

Kedua harga acuan membukukan penurunan mingguan kedua berturut-turut pekan lalu karena data ekonomi China yang mengecewakan menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan di importir minyak mentah terbesar dunia itu, mengimbangi dorongan harga dari Arab Saudi yang berjanji untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada Juli.

"Harga minyak terperangkap dalam bentrokan antara dua kekuatan yang berlawanan, alokasi aset bearish yang menunjukkan kontraksi moneter dan spekulan minyak bullish memperkirakan persediaan yang lebih rendah di paruh kedua 2023," kata Francisco Blanch dari Riset Global Bank of America dalam sebuah catatan.

"Alokator bearish akan mempertahankan keunggulan untuk saat ini, karena harga minyak berjuang untuk reli sampai Fed mengurangi pasokan uang," kata Blanch. Bank masih memperkirakan minyak mentah Brent rata-rata sekitar 80 dolar AS per barel pada tahun 2023.

Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan membebani harga.

Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS akan membiarkan suku bunga tidak berubah ketika menyimpulkan pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Rabu (14/6/2023).

"Semua mata sekarang terpaku pada dua faktor utama yang akan mempengaruhi arah harga minyak. Pertama, pembacaan inflasi AS (pada Selasa) akan diurai dengan cermat oleh pelaku pasar untuk mencari petunjuk tentang iklim ekonomi secara keseluruhan," kata Sugandha Sachdeva, direktur eksekutif dan kepala strategi ekuitas, mata uang dan komoditas di Acme Investment Advisors.

"Kedua, prospek kebijakan The Fed untuk tahun depan akan memandu harga minyak," tambah Sachdeva.

Di sisi pasokan, sementara Arab Saudi telah memangkas produksi minyak empat kali dalam satu tahun terakhir, pasokan Rusia telah bertahan karena sanksi direkayasa dengan cara yang tidak terlalu berdampak pada produksi, kata Blanch.

Ekspor minyak Rusia ke China dan India telah meningkat meskipun ada penerapan embargo Uni Eropa dan mekanisme batas harga Kelompok Tujuh (G7) yang dimulai pada awal Desember.

Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak karena pasokan yang lebih tinggi dari perkiraan dari Rusia dan Iran serta menaikkan perkiraan pasokan 2024 untuk kedua produsen dan Venezuela dengan total 800.000 barel per hari.

Perkiraan harga minyak mentah bank untuk Desember sekarang mencapai 86 dolar AS per barel untuk Brent, turun dari 95 dolar AS, dan pada 81 dolar AS per barel untuk WTI, turun dari 89 dolar AS.

Baca juga: Minyak sedikit melemah di awal perdagangan Asia jelang pertemuan Fed
Baca juga: Harga minyak turun tertekan lonjakan rig pengeboran minyak Kanada
Baca juga: Harga minyak jatuh di awal sesi Asia terseret kekhawatiran permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023