moda transportasi monorel dibanding dengan angkutan massal yang lain seperti busway dan kereta dinilai masih belum terlihat secara jelas kesinambungannya.
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono mengatakan aspek kesinambungan, baik sistem pengembangan operasional maupun segi bisnis monorel perlu diperhatikan.
"Penggunaan moda transportasi Monorel perlu lebih dikaji terutama dalam hal `sustainability` (kesinambungan), baik dari sisi sistem maupun dari sisi bisnisnya," kata Bambang Susantono dalam rilis Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, moda transportasi monorel dibanding dengan angkutan massal yang lain seperti busway dan kereta dinilai masih belum terlihat secara jelas kesinambungannya.
Ia memaparkan, dua hal dari kesinambungan adalah sistem yang terbuka untuk pengembangan selanjutnya dan sisi rencana bisnisnya yang juga terbuka untuk pengembangan.
Sedangkan yang menjadi tantangan bersama, menurut dia adalah bagaimana meyakinkan publik bahwa monorel merupakan transportasi yang tepat dalam membantu mengatasi kemacetan terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. "Yang terpenting adalah angkutan massal yang biayanya terjangkau oleh masyarakat," katanya.
Sebelumnya, PT Adhi Karya yang tergabung dalam konsorsium BUMN juga memaparkan tentang pembangunan monorel yang pada tahap awal akan dilakukan untuk rute sepanjang 39 kilometer yang melintasi Bekasi Timur-Cawang, Cibubur-Cawang, dan Cawang-Kuningan.
Menurut Direktur Utama PT Adhi Karya, Kiswo Darmawan di Jakarta, Kamis (7/2), tarif yang akan dibebankan kepada pengguna untuk masing-masing rute adalah Rp15 ribu baik untuk Bekasi Timur-Cawang maupun Cibubur-Cawang, dan Rp10 ribu untuk Cawang-Kuningan. "Biaya tarif diperkirakan akan naik sekitar 10 persen setiap dua tahun," katanya.
Ia mengatakan pembangunan tahap awal tersebut akan diselesaikan dalam waktu tiga tahun oleh konsorsium BUMN yang terdiri atas PT Adhi Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Telkom, INKA dan LEN.
Sedangkan mengenai biaya pembangunan, Kiswo mengemukakan bahwa dana yang dibutuhkan adalah sekitar Rp8 triliun yang sepenuhnya adalah menggunakan dana perbankan BUMN.
Ia memaparkan, bila telah selesai maka warga akan dapat menempuh jarak dengan lebih singkat sehingga diharapkan akan membuat pengguna kendaraan pribadi beralih ke monorel.
Hal tersebut juga dinilai Kiswo akan membuat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) baik yang bersubsidi maupun nonsubsidi hingga sekitar Rp1,5 triliun per tahun.
(M040/M008)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013