Saya berutang budi kepada dia (Ferguson). Saya selalu antusias bertemu dia lagi

Jakarta (ANTARA News) - Gegap gempita ribuan penggila dari dua kubu berseteru sama-sama berseru, "apa yang tidak dapat kita bicarakan, maka kita harus diam", maksudnya, tidak semua hal dapat terekspresikan lewat bahasa.

Kalau sebuah media massa Spanyol, Marca menulis bahwa Wayne Rooney pemain Manchester United (MU) berperilaku sebagai perusuh (hooligan), maka kubu Setan Merah boleh jadi meradang. Mereka ngawur, kata penggila United.

"Los Blancos" akan menjamu "Setan Merah" dalam leg pertama 16 besar Liga Champions di Santiago Bernabeu, Rabu (13/2), atau Kamis dini hari WIB.

Sohibul hikayat, kedua tim bertempur dalam ziarah hari-hari manakala dunia merayakan dan menjamu kasih sayang dengan menebar coklat.

Coklat valentine dari laga di Santiago Bernabeu bergambar hati. Hati bagi pasukan asuhan Jose Mourinho, juga hati bagi pasukan asuhan Alex Ferguson. Dengan menggunakan bahasa hati dari kasanah hari raya Valentine, duel MU versus Real Madrid lantas bukan sebatas butir-butir ajuan dari rentetan kata-kata pakta integritas.

Baik Mourinho maupun Ferguson sama-sama bernalar dengan menggunakan hati untuk meramu taktik. Nalar hati, bukan sebatas rasa suka atau tidak suka.

Nalar hati, membedakan antara apa yang dapat dikatakan (what can be said) dengan apa yang hanya dapat ditunjukkan (what can only be shown).

Rasa suka atau tidak suka mudah tergelincir kepada pertanyaan, anda mau ikut siapa? Anda di pihak mana? Silakan bergabung dengan kelompok kami, karena anda mampu menerapkan paham bahwa "saya memberi, agar anda juga memberi" (do ut des).

Coklat valentine dari laga di Bernabeu memberantas paham do ut des. Artinya, laga MU versus Madrid hanyalah laga yang dapat ditunjukkan, bukan laga yang dikatakan.

Siapa yang menang, siapa yang kalah, MU atau Madrid? Realistis merujuk kepada "yang nyata ada karena dapat dicerna indera mata", bukan verbalistis yang mengarah kepada "yang terus dikatakan tanpa dijelaskan apa maksudnya dan bagaimana wujudnya".

Yang realistis, mengajukan pertanyaan bagaimana Ferguson akan memasang seorang pemain untuk terus menguntit bintang Madrid, Cristiano Ronaldo?

Akankah pelatih asal Skotlandia itu mendaulat Phil Jones untuk melakukan misi suci mengawal kemana perginya mantan pemain MU itu? Apakah Jones mampu mengulang sukses ketika mematikan gerak pemain Everton Marouane Fellaini?

Tugas Ferguson bukan kepalang enteng. Yang ditarget kali ini justru mantan anak buahnya yakni Ronaldo. Sementara, laga kali ini digelar di Bernabeu yang bertabur coklat valentine. Bukankah Ronaldo kini tercekat oleh kasih sayang yang pernah dialami ketika ia berada di bawah asuhan Ferguson di Old Trafford.

Kasih sayang yang kali pertama diterima tak akan pernah terlupa, begitu rasa yang kini menerpa pemain termahal di dunia yang begitu mencintai MU sepanjang perjalanan ariernya di laga bola. MU merupakan cinta pertama bagi pemain asal Portugal itu yang kini membela Real Madrid.

"Ya, Manchester telah mengharubiru saya. Saya memenangi segalanya di sana. Itu saat fantastis dalam bagian hidup saya," kata Ronaldo.

Ronaldo tidak akan mampu melupakan kenyataan bahwa Ferguson mampu menjadi ayah yang baik. "Saya datang ke sana ketika masih berusia 18 tahun. Ia (Ferguson) mengajar saya bagaimana menjadi pemain bola yang baik. Ia sudah seperti ayah saya sendiri. Ia mengajar saya banyak hal. Ia telah menolong dan membimbing saya mengenai banyak hal yang penting."

"Ia paham betul akan apa yang kita inginkan. Saya ingat manakala Natal tiba. Saya bertanya kepada dia, apakah saya boleh pulang ke Portugal selama tiga sampai empat hari, dan ia sontak menjawab, baik tidak ada masalah," katanya. "Saya berutang budi kepada dia (Ferguson). Saya selalu antusias bertemu dia lagi".

Dengan curahaan kasih sayang Ferguson, CR7 mampu bertransformasi dari pemain yang terbilang angin-anginan menjadi salah satu penyerang terbaik sejagat raya. Total 118 gol dari 292 partai di United berbuah 3 gelar Premier League, 1 Piala FA, 2 Piala Liga, 1 Community Shield, 1 Liga Champions, dan satu Piala Dunia Klub.

Itu kasih sayang yang berbuah, yang diterima Ronaldo dari Ferguson. Bagaimana dengan Rooney yang juga murid Ferguson? Di bawah asuhan Fergie, Rooney bukan tipe pemain bola yang asal "yes man".

Menghadapi gemuruh dukungan Bernabeu bagi pasukan tuan rumah, Rooney berjuluk "British bulldog" karena ribuan pendukung Inggris akan mendukung pemain berjuluk wazza. Dia akan begitu saja meluapkan kegembiraan dan kecemasannya bersama dengan 4.000 pendukung setia United.

Berjuluk "Rooney hooligan", para pendukung United akan bersorak dan berteriak sambil sesekali menenggak bir.

Pendukung United menjelma menjadi "gerombolan" menakutkan, terlebih ketika pemain berusia 27 tahun itu memberi aba-aba kepada mereka. Anak bengal asal Inggris, begitu media massa Spanyol menjuluki Rooney.

Laga MU kontra Madrid adalah laga Ferguson melawan Ferguson. Hati Ferguson tercabik di hari raya valentine di Bernabeu, setelah melihat Ronaldo, setelah menyaksikan ulah Rooney.

Ferguson tidak akan langsung berkata-kata, dia berusaha menyingkirkan rongrongan rasa suka atau tidak suka. Dia manajer profesional yang mengandalkan daulat bahwa tugas adalah tugas.

Kalau masa muda sarat drama kasih sayang, maka Ferguson punya hari valentine dengan mengenang awal karier sebagai pelatih dengan mendendangkan lagu sarat nostalgia.

"Ketika saya memulai karier sebagai pelatih beberapa tahun lalu, saya berangan-angan dapat melawan tim dengan manajer hebat. Kini anda memperoleh kesempatan itu di ajang Liga Champions. Besok, anda akan menyaksikan laga besar," katanya.

Sementara, Mourinho dengan gaya bicara hiperbola menyebut duel pasukannya melawan (MU sebagai "pertandingan yang paling ditunggu oleh dunia".

"Saya tidak berpikir kelak menggantikan Ferguson di United. Kami akan mengakhiri karier pada saat yang sama, dia akan berusia 90 tahun dan saya akan berusia 70 tahun. Saya tidak tahu apakah saya akan kembali ke Inggris atau tidak," kata Mourinho.

"Real ingin gelar yang kesepuluh dan saya ingn memenangi gelar untuk ketiga kalinya. Saya akan berusaha sekuat tenaga mewujudkannya. Jika gelar itu tidak terwujud tahun ini, maka saya tidak tahu kelanjutannya. Saya selalu percaya diri ketika bekerja. Saya tidak berencana mengakhiri karier hanya dengan dua gelar Liga Champions," kata pelatih berjuluk "the Special One".

Duel Liga Champions yang digelar di Santiago Bernabeu kali ini kelak dimenangi oleh pelatih yang tidak menggadai kasih sayang hanya untuk kepentingan "saya memberi agar engkau memberi".

Silakan ngopi sambil menikmati berbagai kudapan kasih sayang plus beberapa butir coklat Valentine.
(A024)


Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013