Selain dari sekolah atau kuliah, saya sempat menjadi PMI di Korea Selatan, tepatnya di bidang otomotif

Bandarlampung (ANTARA) - Pengembangan dan inovasi teknologi tepat guna terus digaungkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat desa.

Selama sepekan Gelaran Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) Ke-24 berlangsung di Kota Bandarlampung. Provinsi Lampung kali ini ditunjuk menjadi tuan rumah kegiatan pengembangan serta pameran inovasi teknologi yang dibuat dari desa dan bermanfaat untuk desa.

Dalam gelaran tersebut, selain didaulat sebagai tuan rumah, Provinsi Lampung berhasil meraih prestasi karena salah satu perwakilannya berhasil meraih juara pertama inovasi pengembangan teknologi tepat guna yang terwujud dalam bentuk mesin bajak roda satu.

Inovasi pengembangan teknologi pertanian berupa mesin bajak roda satu itu merupakan pemikiran dan inovasi warga Desa Simpang Agung, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

Aryanto merupakan sosok penggemar bidang teknik mesin dan memiliki motivasi besar untuk mengembalikan semua sarjana ke desa guna membangun desanya. Pria ini menjadi pemikir utama terciptanya alat mesin pertanian berupa mesin bajak roda satu di Lampung.

Pria yang sejak tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) hingga strata dua (S-2) memilih konsentrasi keilmuan di jurusan teknik mesin itu termotivasi menciptakan mesin bajak roda satu, setelah kerinduannya membantu petani di desanya yang kesulitan dalam mengelola lahan pertanian karena belum memanfaatkan mekanisasi pertanian.

Awal tergerak setelah ia melihat petani punya permasalahan di pertanian jagung karena proses pembajakan hingga pascatanam harus menggunakan sapi atau cangkul yang cukup melelahkan. Maka dibuat inovasi mesin bajak roda satu. Dari sini kemudian dikembangkan lagi dan ternyata bisa digunakan untuk beberapa fungsi lainnya untuk memudahkan kerja petani.

Aryanto warga Kabupaten Lampung Tengah yang menjadi juara dalam gelaran teknologi tepat guna ke-24 tengah memaparkan hasil inovasinya. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Menurut pria berbadan tegap dan berkulit sawo matang itu, mesin bajak roda satu itu dirakit satu persatu dari lempengan besi lalu dipasangkan penggerak berupa pinwheel dan rasio pulley yang lebih mudah diperbaiki bila ditemukan kerusakan saat penggunaan oleh konsumen dibandingkan menggunakan gear box layaknya mesin pertanian pada umumnya.

Pengetahuan dan keahlian desain hingga pengerjaan karya inovasi teknologi tepat guna di bidang mekanisasi pertanian itu tidak hanya didapatkan dari lingkungan pendidikan. Ia juga dapatkan dari pengalaman kerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) di bidang otomotif di Negeri Ginseng beberapa tahun silam.

"Selain dari sekolah atau kuliah, saya sempat menjadi PMI di Korea Selatan, tepatnya di bidang otomotif," ucapnya dengan antusias.

Jadi, dari kerja di luar negeri itu ia serap ilmunya lalu diterapkan di kampung halaman. Selain itu dari kerja merantau ke negeri orang itu juga bisa mengumpulkan modal untuk membuat berbagai mesin ini.

Namun dalam pengembangan inovasi teknologi tepat guna tersebut tidaklah selalu melalui jalan yang mulus, terlebih lagi hingga merengkuh prestasi yang membanggakan daerah tercinta sebagai pemenang pertama nasional Gelar Teknologi Tepat Guna. Di balik sukses itu, Aryanto sempat berkali-kali mengalami kegagalan hingga kerugian secara finansial.

Kisah itu dimulai 10 tahun lalu, tepatnya pada 2013. Pada tahun pertama proyek inovasi mesin pertanian mulai dikerjakan, banyak kendala dalam desain mesin. Lebih dari lima kali uji coba selama bertahun-tahun, mesin itu selalu mengalami kegagalan fatal.

Untuk bisa mencapai tingkatan sempurna agar mudah digunakan, pria yang menjadikan inovasinya ini sebagai bahan penelitiannya untuk melanjutkan pendidikan tinggi hingga jenjang strata dua ini, mengalami lima kali kegagalan uji coba hingga memakan waktu 6 tahun lamanya.

Dalam pengembangan inovasi itu, Aryanto harus merogoh dana pribadi dengan mengajukan pinjaman ke bank serta menguras tabungan hasil kerja keras sebagai PMI di luar negeri. Sejak desain pertama kali dibuat hingga mencapai hasil akhir, untuk membuat satu mesin bajak roda satu menguras dana sekitar Rp12 juta per unit.

Meski telah mencapai keberhasilan dalam pengembangan teknologi tepat guna, ia tak lupa membagikan ilmunya kepada masyarakat sehingga mampu mengurangi pengangguran di desanya.

Mesin bajak roda satu itu bisa digunakan multifungsi, dapat mengolah pada masa pratanam dan pascatanam. Pembuatan dan ide ini sudah ditularkan ke warga sekitar, bahkan saat ini empat orang telah bekerja dengannya di CV Arufal Teknik Lampung.

Kalau usahanya makin besar maka bisa menampung lebih banyak lagi warga desa.

Inovasinya itu pun mampu dikomersialkan dengan memanfaatkan digitalisasi pemasaran di berbagai lokapasar atau marketplace.

Penjualan di sekitar Kabupaten Lampung Tengah tercatat mencapai 20 unit, sedangkan untuk provinsi lain telah mencapai lebih dari 100 unit. Rata-raya penjualan per bulan sebanyak empat unit, sedangkan laba per unit Rp1,5 juta.

Model mesin bajak roda satu tersebut akan dikembangkan lagi menjadi lebih baik. Pengembangan teknologi tepat guna tersebut tidak hanya satu jenis tapi ada 12 macam produk yang bertujuan untuk mendukung UMKM dalam mengelola usahanya.

Dua belas jenis produk teknologi tepat guna itu meliputi alat pembuatan pupuk organik dan nonorganik, alat pengolah ubi kayu menjadi mocaf, alat pengolah sampah, dan berbagai jenis lainnya.

Beragam mesin atau alat yang belum dijual di toko itu masih akan dikembangkan dan dibuat inovasinya untuk memudahkan masyarakat, yang tadinya belum bisa menggunakan mesin dapat lebih memanfaatkan mekanisasi dalam setiap pengelolaan usaha, termasuk produk unggulan di Lampung.

Rasa bangga dan ungkapan bahagia atas raihan prestasi serta pengembangan teknologi tepat guna yang memberi maslahat masyarakat juga disampaikan oleh Kepala Kampung Simpang Agung, Pramono.

Bagi Pramono, dengan diraihnya prestasi tingkat nasional oleh warganya, diharapkan Kampung Simpang Agung dapat makin maju serta mengangkat kesejahteraan masyarakat karena ada getok tular dalam pengembangan ilmu dan inovasi kepada warga sekitar.

Tak hanya itu, dengan berprestasinya warganya itu pihak desa juga telah menjadikan Aryanto sebagai salah satu mentor pemberdayaan talenta generasi muda yang ada di Karang Taruna desa, guna mengurangi pengangguran serta meningkatkan kemampuan pemuda desa setempat.

"Karang Taruna akan diberdayakan, ini bisa mengurangi pengangguran dan banyak yang sudah bekerja di Bapak Aryanto. Jadi, kemajuan desa juga didukung dari warganya yang mau berkembang dan berinovasi. Kami sangat bangga," tambahnya.

Dengan adanya motivasi dari warga desa sebagai inovator pengembangan teknologi tepat guna, Pemerintah pun menyambut dengan terbuka melalui pemberian apresiasi serta memperbolehkan penggunaan Dana Desa sebagai salah satu modal pengembangan teknologi tepat guna di desa. Inovasi Aryanto tersebut menjadi salah satu sistem pengembangan kemajuan dan masuknya teknologi di desa secara terintegrasi.

Pemerintah Provinsi Lampung menyarankan desa tersebut menggandeng perguruan tinggi untuk ikut mendampingi usaha inovasi yang dibuat masyarakat desa demi kemajuan dan kesejahteraan warga desa.

Aryanto telah menunjukkan bahwa ketekunan, keuletan, serta kemauan kuat belajar mampu membawa kemajuan. Bukan hanya dirinya, melainkan juga untuk desa dan juga bangsa Indonesia.

Oleh karena itu pria asal Lampung Tengah itu mengajak warga desa yang telah menimba ilmu di kota dan meraih gelar sarjana, segera pulang membangun kampungnya.


Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023