Kami akan meneruskan usulan pengajuan tetua adat untuk penghapusan sinyal internet ke pemerintah pusatLebak (ANTARA) -
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak, Banten, setuju kawasan pemukiman Badui ditiadakan jaringan internet guna menjaga kelestarian budaya masyarakat Badui.
"Kita tidak mempermasalahkan keputusan lembaga adat untuk menghapuskan sinyal di kawasan Badui itu," kata Kepala Disbudpar Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin dalam keterangan di Lebak, Jumat.
Keputusan lembaga adat masyarakat Badui mengusulkan peniadaan jaringan internet di kawasan pemukiman Badui kepada pemerintah. Hal itu dilakukan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat Badui.
"Kami akan meneruskan usulan pengajuan tetua adat untuk penghapusan sinyal internet ke pemerintah pusat," kata Imam.
Pihaknya tidak khawatir terjadinya penurunan pengunjung wisata budaya Badui dengan adanya penghapusan jaringan internet tersebut. Ia menegaskan aturan adat mereka menjadi prioritas yang harus dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Pengunjung padati permukiman Badui menikmati wisata alam
Menurutnya, peniadaan sinyal internet di pemukiman Badui justru akan menjadi keunikan tersendiri bagi orang yang ingin datang ke Badui.
"Kami meyakini itu nantinya membuat penasaran orang. Dan itu bisa berdampak positif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Badui," katanya.
Ia optimis peniadaan sinyal internet bisa justru akan mendatangkan wisatawan ke Badui baik dari Tanah Air dan luar negeri, karena orang menjadi semakin penasaran.
Dengan demikian pihaknya hanya tinggal membantu menginformasikan dan mengedukasi para penggiat wisata budaya.
"Kami sangat mendukung kawasan pemukiman Badui dihapus sinyal internetnya untuk pelestarian budaya warisan leluhur itu," ujar Imam menegaskan.
Sementara itu sejumlah pengunjung Badui mengaku pada prinsipnya mereka mendukung untuk hal kebaikan demi pelestarian budaya Badui. Apalagi pengusulan peniadaan sinyal internet itu berdasarkan keputusan adat.
"Kami meyakini jika dihilangkan sinyal internet dipastikan kawasan pemukiman masyarakat Badui cukup unik, karena tidak menggunakan alat canggih itu," kata Samun, seorang pengunjung dari Serang, Banten.
Baca juga: Sandiaga Uno: Desa Wisata Saba Budaya Badui masuk 50 terbaik ADWI
"Kita tidak mempermasalahkan keputusan lembaga adat untuk menghapuskan sinyal di kawasan Badui itu," kata Kepala Disbudpar Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin dalam keterangan di Lebak, Jumat.
Keputusan lembaga adat masyarakat Badui mengusulkan peniadaan jaringan internet di kawasan pemukiman Badui kepada pemerintah. Hal itu dilakukan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat Badui.
"Kami akan meneruskan usulan pengajuan tetua adat untuk penghapusan sinyal internet ke pemerintah pusat," kata Imam.
Pihaknya tidak khawatir terjadinya penurunan pengunjung wisata budaya Badui dengan adanya penghapusan jaringan internet tersebut. Ia menegaskan aturan adat mereka menjadi prioritas yang harus dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Pengunjung padati permukiman Badui menikmati wisata alam
Menurutnya, peniadaan sinyal internet di pemukiman Badui justru akan menjadi keunikan tersendiri bagi orang yang ingin datang ke Badui.
"Kami meyakini itu nantinya membuat penasaran orang. Dan itu bisa berdampak positif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Badui," katanya.
Ia optimis peniadaan sinyal internet bisa justru akan mendatangkan wisatawan ke Badui baik dari Tanah Air dan luar negeri, karena orang menjadi semakin penasaran.
Dengan demikian pihaknya hanya tinggal membantu menginformasikan dan mengedukasi para penggiat wisata budaya.
"Kami sangat mendukung kawasan pemukiman Badui dihapus sinyal internetnya untuk pelestarian budaya warisan leluhur itu," ujar Imam menegaskan.
Sementara itu sejumlah pengunjung Badui mengaku pada prinsipnya mereka mendukung untuk hal kebaikan demi pelestarian budaya Badui. Apalagi pengusulan peniadaan sinyal internet itu berdasarkan keputusan adat.
"Kami meyakini jika dihilangkan sinyal internet dipastikan kawasan pemukiman masyarakat Badui cukup unik, karena tidak menggunakan alat canggih itu," kata Samun, seorang pengunjung dari Serang, Banten.
Baca juga: Sandiaga Uno: Desa Wisata Saba Budaya Badui masuk 50 terbaik ADWI
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023