Pemikiran kita sekarang ini tidak mau hanya jadi pedagang bahan baku, kita mau bergerak ke arah hilir agar nilai tambahnya benar-benar secara optimal kita dapatkan.

Jakarta (ANTARA News) - Tantangan utama pengembangan industri hilir adalah nilai investasi yang semakin besar.

"Kita sadar betul bahwa semakin kita bergerak ke arah hilir, itu nuansa ipteknya sangat tinggi, nilai investasinya juga semakin besar. Ini juga salah satu penyebab kenapa hilirisasi bergerak perlahan-lahan," kata Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex SW Retraubun di sela-sela Rapat Kerja Kementerian Perindustrian 2013, di Jakarta, Selasa.

Menurut Wamenperin, program hilirisasi penting karena bertujuan untuk menambah nilai tambah komoditas ekspor. Meski terhalang dengan kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi yang membutuhkan sumber pendanaan yang juga besar, Alex berpendapat hambatan itu bisa diatasi, misalnya dengan melakukan kerja sama dengan pihak luar.

"Pemikiran kita sekarang ini tidak mau hanya jadi pedagang bahan baku, kita mau bergerak ke arah hilir agar nilai tambahnya benar-benar secara optimal kita dapatkan," ujarnya.

Ia juga menekankan program hilirisasi itu harus tetap berjalan dengan fokus pada komoditas yang dikuasai Indonesia, seperti karet maupun minyak kelapa sawit (crude palm oil/cpo). Pasalnya, menurut Alex, komoditas industri agro Indonesia, seperti CPO atau karet merupakan salah satu sumber kekuatan tanah air.

"Fokus pada komoditas yang kita kuasai. Tentu sawit bisa jadi contoh, karena kita nomor satu di CPO," katanya.

Raker tahunan bertema "Hilirisasi Industri dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional" itu memprioritaskan program hilirisasi guna mendorong percepatan pertumbuhan industri sebagai katalis utama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

(A062)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013