Haikou (ANTARA) - Peternakan laut berteknologi tinggi lewat bantuan kamera bawah laut dan sinyal 5G, Pulau Wuzhizhou di Provinsi Hainan, China selatan, sedang membangun sebuah peternakan laut modern untuk memantau dan memulihkan ekosistem laut setempat.

Pulau Wuzhizhou berbentuk menyerupai kupu-kupu dan berlokasi di Kota Sanya. Pulau ini merupakan objek wisata tingkat nasional.

Sekitar 2010, pulau itu mulai membangun peternakan laut tropis pertama di China untuk memulihkan ekologi bawah laut yang rusak akibat topan dan aktivitas penangkapan ikan.

Wang Fengguo, yang mengepalai kantor pengelolaan laut di pulau tersebut, telah menghabiskan sekitar satu dekade untuk memulihkan koral dan menempatkan terumbu karang buatan di bawah laut guna menarik biota laut.

Kini, dalam bekerja, Wang dibantu oleh sebuah sistem pemantauan yang berbasis informasi.

"Kami memasang 14 kamera bawah laut di tujuh lokasi. Kami menggunakan transmisi kabel dan sinyal 5G nirkabel untuk mengirimkan informasi," kata pelestari koral yang sudah berpengalaman tersebut.

Sistem itu dapat menampilkan seluruh data hidrologi dan meninjau rekaman video dari satu hingga dua bulan terakhir, yang memainkan peran besar dalam pemantauan ekosistem laut yang kompleks, ujar Wang.

"Kadang-kadang terjadi pasang merah (red tide) atau suhu tinggi di sejumlah lokasi tertentu. Jika informasi yang terkumpul mencukupi, kami dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik terkait kemungkinan bencana. Kami bahkan dapat memprediksi situasi bencana," urai Wang Aimin, mantan profesor ilmu kelautan di Universitas Hainan.

Sejak peluncurannya, peternakan laut itu telah mentransplantasikan lebih dari 35.000 koral dan menempatkan 2.571 terumbu karang buatan dari semen, serta 21 perahu besi tua guna menarik kawanan ikan dan biota laut lainnya untuk beristirahat, bersembunyi, hidup, dan berkembang biak. Lingkungan ekologis yang membaik telah menarik ratusan spesies ke peternakan laut itu

Pulau Wuzhizhou juga berupaya untuk berkontribusi dalam mencapai target "karbon ganda" China lewat keunggulan keanekaragaman hayatinya.

"Kami saat ini menggabungkan konstruksi peternakan laut dengan 'sistem karbon biru,' sebuah sistem penyerap karbon laut. Terdapat banyak kerang-kerangan yang hidup di terumbu karang buatan, dan kerang-kerangan ini sesungguhnya merupakan penyerap karbon," tutur Wang Aimin.

Saat tidak menjalani misi penyelaman, Wang Fengguo gemar mengamati ikan-ikan dan koral pada layar besar atau di ponselnya.

Hal ini mengingatkannya pada hari-hari awal saat bekerja sebagai instruktur selam dan secara langsung menyaksikan sistem koral yang sebagian besar masih alami.

"Di masa mendatang, saya berharap dapat melihat ikan-ikan dan koral di mana pun di perairan lepas pantai Pulau Wuzhizhou," tuturnya.


Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023