Dewasa ini, konsumen mengharapkan sebuah merek akan melindungi data mereka dan bersikap terbuka mengenai bagaimana data tersebut digunakanJakarta (ANTARA) - Survei platform komunikasi interaksi pelanggan, Twilio mengungkapkan masyarakat Indonesia memiliki tingkat kesadaran tertinggi di Asia Pasifik terkait penggunaan data konsumen yang dilakukan oleh sebuah merek.
"Dewasa ini, konsumen mengharapkan sebuah merek akan melindungi data mereka dan bersikap terbuka mengenai bagaimana data tersebut digunakan," ucap Vice President of Marketing Asia Pacific & Japan Twilio Nicholas Kontopoulos dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.
Secara khusus, sebanyak 68 persen konsumen di Indonesia setidaknya memiliki tingkat kesadaran tentang bagaimana berbagai merek menggunakan data konsumen, dengan 34 persen di antaranya mengklaim memiliki pengetahuan penuh tentang bagaimana informasi atau data tersebut dimanfaatkan oleh sebuah merek.
Konsumen Indonesia ternyata juga memiliki tingkat kenyamanan yang relatif tinggi dalam berbagi data pribadi dengan merek asalkan ada jaminan transparansi dan kustomisasi. Mengingat, sebagian besar konsumen Indonesia menghargai interaksi yang terpersonalisasi.
Studi bertajuk "The Consumer Data Revolution in Asia Pacific" dari Twilio tersebut mengeksplorasi preferensi, sikap, dan harapan konsumen seputar berbagi data serta menyoroti peluang bagi merek untuk memperkuat kepercayaan konsumen di masa depan ketika tidak ada lagi cookie.
Laporan ini menganalisis temuan dari total 1.500 konsumen di wilayah Asia Pasifik yang berasal dari Singapura, Hong Kong, Australia, Filipina, Jepang, serta termasuk 250 responden dari Indonesia.
Bagi responden di Kawasan Asia Pasifik, lanjut Nicholas, pengalaman yang baik dan kebijakan yang transparan terbukti menjadi dua faktor paling utama sebagai pendorong dalam berbagi data. Ini bermakna bahwa praktik pengumpulan data pihak pertama sangat penting untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dengan pelanggan.
Temuan lain menunjukkan adanya sikap skeptis terhadap penggunaan data pihak ketiga dan kemauan umum konsumen untuk berbagi data dengan merek-merek terpercaya dalam keadaan yang tepat.
Secara regional, 6 orang lebih dari 10 konsumen bersedia berinteraksi dengan merek yang memperoleh data langsung dari mereka. Sebanyak 89 persen konsumen di Indonesia, angka ini tertinggi di seluruh Kawasan, percaya bahwa melakukan personalisasi interaksi dengan merek akan menambah nilai pada pengalaman pelanggan.
Di Indonesia, 52 persen pelanggan menyatakan tidak keberatan untuk mengungkapkan data-data demografi, sementara 49 persen bersedia membagikan data riwayat pembelian. Tingginya tingkat kenyamanan konsumen Indonesia dalam berbagi data dengan sebuah merek ini terkait dengan tingkat kesadaran data yang cukup tinggi di negara ini.
Lebih lanjut, kata dia, situs web resmi dan akun media sosial merupakan dua saluran yang paling banyak digunakan untuk berbagi data pribadi, dimana 82 persen dan 59 persen konsumen bersedia berbagi informasi melalui masing-masing media tersebut. Konsumen di Indonesia juga bersedia berbagi data pribadi dengan organisasi penyedia layanan finansial dan kesehatan.
Meskipun konsumen Indonesia cukup terbuka dan merasa nyaman berbagi data, survei mencatat ternyata mereka juga mengharapkan merek untuk lebih transparan. Dibandingkan negara lain di Asia Pasifik, konsumen di Indonesia lebih menghargai transparansi, dengan 67 persen responden di Indonesia mengaku mempercayai merek yang jujur dan transparan mengenai kebijakan yang diterapkan.
Baca juga: Menelisik perlindungan transaksi keuangan digital di Indonesia
Baca juga: OJK pertegas pelarangan penyebaran data konsumen sektor jasa keuangan
Baca juga: Kemendag: Pengaturan perlindungan data konsumen masih hadapi tantangan
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023