Diyarbakir, Turki (ANTARA News) - Seorang pria Kurdi berusia 19 tahun tewas Minggu larut malam ketika sebuah granat rakitan meledak di tangannya selama demonstrasi di Turki tenggara yang berpenduduk mayoritas Kurdi, kata pihak berwenang setempat, Senin.
Pria itu termasuk diantara 100 demonstran yang berkumpul di kota Diyarbakir untuk melakukan protes menjelang peringatan tahun ke-14 penangkapan pemimpin Kurdi, Abdullah Ocalan, di Kenya pada 15 Februari, lapor AFP.
Ia sedang bersiap-siap melemparkan granat itu ke polisi ketika senjata tersebut meledak di tangannya, kata Gubernur Diyarbakir Mustafa Toprak, seperti dikutip saluran televisi pemerintah TRT.
"Ia juga mengalami luka-luka di telinganya, yang membuat kami berpikir bahwa granat itu meledak ketika ia berusaha melemparkannya," kata Toprak.
Namun, sejumlah saksi yang dikutip jaringan Firat News pro-Kurdi mengatakan, pemuda itu ditabrak oleh kendaraan lapis baja polisi selama protes tersebut.
"Saya tidak melihat ia membawa sesuatu di tangannya. Namun kendaraan (polisi) itu melaju di jalan, melindasnya," kata seorang pemilik toko yang menyaksikan peristiwa itu.
Penyelidikan mengenai kematian pria tersebut akan terus dilakukan, kata gubernur itu.
Ocalan yang saat itu menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh Partai Buruh Kurdistan (PKK).
Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.
Setiap tahun demonstran Kurdi bentrok dengan polisi Turki untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka itu.
Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.
Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.
PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.
Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013