Sebanyak 73 program film tersebut terdiri atas 51 film panjang fiksi, enam film keluarga, tiga film panjang yang pernah ditayangkan di bioskop di Indonesia, enam film dokumenter panjang, empat kompilasi film pendek, dan tiga film spesial karya sutradara Yunani-Prancis Costa-Gavras.
Pada tahun ini, festival EoS diselenggarakan secara luring atau offline sepenuhnya setelah edisi sebelumnya sempat diadakan dalam format campuran atau hybrid. Adapun tujuh kota yang menjadi tempat pemutaran film yakni Jakarta, Bandung, Bekasi, Denpasar, Medan, Surabaya, dan Yogyakarta.
Baca juga: BIFAN kembali tahun ini dengan hadirkan 262 film dari 51 negara
Festival Co-Director EoS 2023 Meninaputri Wismurti mengatakan transisi penyelenggaraan EoS dari sebelumnya daring menjadi luring sepenuhnya justru berjalan lebih mudah mengingat banyak produser dan distributor yang lebih menginginkan adanya pemutaran secara langsung.
"Kalau untuk transisinya sendiri untuk ke fully offline malah lebih mudah karena lebih banyak produser atau distributor film yang mereka ingin ditontonnya secara offline agar bisa langsung bertemu dengan penontonnya," kata Putri saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.
"Justru ketika ingin (mencoba) memutar kembali secara online, itu kami juga mendapatkan halangan-halangan tertentu karena tidak semua film baru bisa ditonton secara online lagi sekarang," imbuh dia.
Festival Co-Director EoS 2023 Nauval Yazid menambahkan bahwa film-film Eropa yang dipilih untuk diputar di EoS 2023 kebanyakan merupakan karya baru, bahkan beberapa di antaranya pertama kali diputar di Asia Tenggara melalui festival ini.
Beberapa film yang debut di Asia Tenggara tersebut termasuk "Franky Five Star" asal Jerman karya sutradara Birgit Möller, "Kiddo" asal Belanda karya sutradara Zara Dwinger, hingga "Midwives" asal Prancis karya sutradara Léa Fehner.
Baca juga: Berbagai film jebolan festival hadir di KlikFilm
Eos 2023 akan dibuka dengan pemutaran film "First Snow of Summer" (Austria) yang disutradarai oleh Chris Raiber dan ditutup dengan "Employee of the Month" (Belgia) yang disutradarai oleh Véronique Jadin.
"Sebisa mungkin sebagian besar film-film yang kami pilih untuk ditayangkan di Europe on Screen itu film-film yang belum ditayangkan atau diedarkan di Indonesia baik itu di bioskop, TV, atau OTT platform," kata Nauval.
Dia juga mengatakan pihaknya berusaha untuk menghadirkan film-film Eropa yang dikurasi dengan cerita yang disukai oleh audiens di Indonesia. Di samping itu, film-film yang diputar juga berasal dari genre yang beragam.
Tak hanya pemutaran film, EoS tahun ini akan menghadirkan secara langsung dua sutradara Eropa dalam sesi bincang-bincang yaitu Alexander Bak Sagmo dari Denmark dan Marco Martani dari Italia. Festival juga menghadirkan program workshop bagi sineas yang akan diisi oleh praktisi dari Eropa.
Festival EoS tak hanya mengedepankan film-film Eropa. Melalui festival ini, film-film pendek karya sineas muda tanah air dihasilkan setiap tahunnya melalui program Short Film Pitching Project. Pada EoS 2023, tiga film pendek terpilih dari program tahun 2022 akan ditayangkan perdana antara lain "Dengung Lebah" (Buzzing Bee), "Passing", dan "Make a Wish".
Baca juga: Balinale 2023 hadirkan 45 film dari 13 negara
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023