Jakarta, 11/2 (ANTARA) - Komitmen Indonesia untuk mendukung program pelestarian terumbu karang dunia, tidak diragukan lagi. Sebagai tuan rumah Coral Triangle Initiative - Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF), dukungan Indonesia tidak hanya terbatas pada wacana semata. Komitmen pemerintah Indonesia sebesar 5,5 juta dollar untuk pembangunan gedung sekretariat tetap CTI-CFF di Manado telah diwujudkan dengan berdirinya gedung megah seluas 6.084 m2 yang berlokasi di Grand Kawanua Internasional City, AA Maramis Kayuwatu, Kairagi II, Manado. Lokasi ini merupakan tempat bersejarah dimana dilaksanakannya World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit pada tahun 2009.
Hari ini (11/2), Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, mengunjungi Gedung Sekretariat Regional CTI-CFF dan CTI Centre di Manado. Gedung ini nantinya akan menjadi pusat koordinasi, fasilitasi dan kolaborasi 6 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon serta mitra CTI-CFF yang sejalan dengan inisiatif Indonesia. "Gedung CTI-CFF dan CTI Center merupakan salah satu bentuk komitmen Republik Indonesia guna mendukung program pelestarian kawasan terumbu karang yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Dimana Presiden SBY bersama 5 kepala negara lainnya menegaskannya dalam CTI CFF Leader's Declaration tahun 2009," kata Sharif.
Lebih lanjut Sharif menjelaskan, gedung CTI-CFF akan menjadi pusat pengelolaan operasional pencapaian tujuan program Coral Triangle Initiative. Disamping itu, CTI Centre akan menjadi tempat berbagai kegiatan dan upaya pelestarian terumbu karang, perikanan, pesisir serta sumber daya laut lainnya di kawasan Segitiga Terumbu Karang. Gedung ini nantinya juga berfungsi sebagai tempat peragaan keanekaragaman hayati terumbu karang berupa akuarium berukuran besar serta ruang pameran. "Kami berharap Gedung Sekretariat Regional CTI-CFF bisa berfungsi sebagai centre of excellence akan khazanah keaneka ragaman terumbu karang serta pusat chandra dimuka keilmuan dan keilmiahan terumbu karang," tegas Sharif.
Desain Gedung
Sharif menambahkan, pembangunan gedung CTI Centre mempunyai 2 fungsi. Pertama, bangunan gedung bundar setinggi 5 lantai yang diperuntukan untuk pusat kegiatan kesekretariatan CTI-CFF dilengkapi dengan Convention Hall. Kedua, bangunan exhibition indoor setinggi 7 lantai untuk ruang aquarium, ruang perpustakaan, ruang pelatihan / training centre, research centre dan ruang pertemuan. "Selain hibah tanah untuk CTI Centre seluas 6.084 m2, Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara juga menyediakan lahan seluas 15 ribu m2 untuk cadangan pembangunan sarana dan prasarana penunjangnya," tambahnya.
Dijelaskan, desain bangunan gedung ini dibagi menjadi empat zona yang meliputi zona steril, zona public, zona transisi dan zona service. Zona steril diperuntukkan bagi Kantor Regional Sekretariat yang nantinya merupakan entitas tersendiri. Tiga zona lainnya merupakan bagian CTI-CFF Centre. Keunikan dan keanekaragaman terumbu karang menjadi ilham dan tema utama desain gedung ini. Bentuk bangunan diilhami dari bentuk terumbu karang dengan warna merujuk pada warna laut. Bentuk bulat menggambarkan bola dunia yang didalamnya terdapat pusat keanekaragaman hayati termasuk terumbu karang. Warna kuning keemasan menunjukkan simbol harapan bagi kesejahteraan.
Bentuk - bentuk bulatan pencahayaan pada bangunan merepresentasikan bentuk coral. Bentuk bulat atomik pada kepala bangunan memberikan kesan kecanggihan dan penguasaan teknologi. Jalur masuk yang dirancang minimalis mengandung pesan untuk mengundang dan menyelami lebih jauh ke dalam gedung atau keanekaragaman hayati terumbu karang. Gedung CTI-CFF menggunakan kaca stockssoll untuk menimbulkan kesan nuansa laut dan berkesan modern serta profesional. Bentuk ombak dicirikan dengan bentuk-bentuk dasar lengkung. Blok berbentuk silinder memberikan kesan adanya fungsi berbeda dengan bangunan didepannya. Bentuk kerucut mengesankan biduk kapal yang mengarungi samudera. Bentuk cendawan memberikan kesan replika karang meja.
Kawasan Coral Triangle
Kawasan Coral Triangle meliputi perairan 6 negara, yaitu Indonesia, Malaysia (kawasan Sabah), Filipina, Timor-Leste, Papua Nugini (bagian Timur) dan Kepulauan Solomon. Kawasan tersebut membentang seluas hampir 6 juta kilometer persegi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kawasan ini memiliki biodiversitas tinggi, lebih dari 500 spesies terumbu karang, 3.000 spesies ikan, dan hutan mangrove yang luar biasa luasnya. Bila ditarik garis mengelilingi wilayah laut ini, maka seolah-olah kawasan tersebut berbentuk segitiga sehingga kawasan ini disebut sebagai kawasan segitiga karang (Coral Triangle Region).
Sharif menegaskan, Indonesia melalui Presiden SBY telah memprakarsai pembentukan kerjasama multilateral dengan 5 negara, yaitu Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon untuk menjaga, memanfaatkan dan melindungi sumberdaya hayati laut di kawasan ini. Kerjasama tersebut dinamai Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan atau Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). "Prakarsa ini berisikan gagasan kerjasama dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mempertahankan kesinambungan sumberdaya hayati laut di kawasan Segitiga Karang yang mencakup 6 negara," jelasnya.
Menurut Sharif, pengelolaan terumbu karang harus berpadu dengan kompleksitas pemanfaatan dan pengelolaan yang bersifat lintas wilayah dan negara serta menembus batas administrasi dan kedaulatan. Apalagi kekayaan sumberdaya perikana di kawasan ini secara langsung menopang kehidupan bagi sekitar 120 juta orang dan memberikan manfaat untuk jutaan orang lainnya. "Untuk menjaga kelestarian titipan dari anak cucu kita ini, sudah seharusnya keberlangsungan pemanfaatan dengan pengelolaan yang bijak menjadi acuan utama," tandas Sharif.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi,Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP +62 818 159 705)
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013